MEMAHAMI TEORI DESAIN
Halo teman teman selamat datang di blog saya lagi, kali ini saya akan menuliskan blog tentang memahami teori pada desain.
KAJIAN TEORI BELAJAR BEHAVIORISME DAN DESAIN
INSTRUKSIONAL
Menurut Skinner belajar adalah suatu proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progresif. Skinner percaya bahwa proses adaptasi tersebut akan mendatangkan hasil yang optimal apabila ia diberi penguat (reinforcer). Skinner adalah seorang pakar teori belajar berdasarkan proses conditioning yang pada prinsipnya memperkuat dugaan bahwa timbulnya tingkah laku itu berdasarkan adanya hubungan antara stimulus dan respon. Namun patut dicatat bahwa definisi yang bersifat behavioristik ini dibuat berdasarkan hasil eksperimen dengan menggunakan hewan, sehingga banyak pakar yang menentangnya.Teori ini mengutamakan pengukuran, sebab pengukuran merupakan suatu hal penting untuk melihat terjadi atau tidaknya perubahan tingkah laku tersebut.
Teori behavioristik banyak dikritik karena seringkali tidak mampu menjelaskan situasi belajar yang kompleks, sebab banyak variabel atau hal-hal yang berkaitan dengan pendidikan dan/atau belajar yang dapat diubah menjadi sekedar hubungan stimulus dan respon.
Teori behavioristik juga cenderung mengarahkan pebelajar untuk berfikir
linier, konvergen, tidak kreatif dan tidak produktif. Pandangan teori ini bahwa belajar merupakan proses pembentukan atau shaping, yaitu membawa pebelajar menuju atau mencapai target tertentu, sehingga menjadikan peserta didik tidak bebas berkreasi dan berimajinasi. Padahal banyak faktor yang mempengaruhi proses belajar, proses belajar tidak sekedar pembentukan atau shaping.
Skinner dan tokoh-tokoh lain pendukung teori behavioristik memang tidak menganjurkan digunakannya hukuman dalam kegiatan pembelajaran. Namun apa yang mereka sebut dengan penguat negatif (negative reinforcement) cenderung membatasi pebelajar untuk berpikir dan berimajinasi.
TINJAUAN DESAIN
Tinjauan desain merupakan suatu ilmu untuk mencermati, mengamati dan mengkritisi suatu fenomena desain ( karya desain, falsafah, strategi desain, sejarah desain, teori-teori desain, metoda desain, nilai estetika, perubahan gaya hidup) maupun hal-hal lain yang berkaitan dengan dunia perancangan secara umum. Baik yang bersifat teraga (karya fisik) maupun tak teraga (konseptual) hingga dampaknya pada masyarakat. Ilmu mengenai tinjauan desain belum berkembang secara mantap dibandingkan ilmu sejarah desain ataupun metodologi desain. Sebaliknya, ilmu tentang Kritik Seni (Art Critique) berkembang sejalan dengan teori-teori seni. Dalam wacana seni secara umum, desain memang belum banyak disentuh oleh para pemikir estetika, beberapa telah memasukkan arsitektur, craft dan seni dekorasi sebagai bagian kajian kritisnya. Namun secara historis, tinjauan desain yang dipaparkan oleh Pevsner dan Adolf Loos merupakan perintisan yang memaparkan desain dalam kajian kritis di paruh pertama abad ke 20. Sejak berkembangnya pendidikan desain di Indonesia, sejak tahun 1971, ilmu Tinjauan Desain awalnya lebih menekankan kepada kajian-kajian kritis terhadap sejarah desain Barat, baik perkembangan gaya, metodologinya, maupun dampak sosialnya. Namun karena kompleksitas permasalahan yang dihadapi, kajian-kajian Metodologi Desain berkembang menjadi ilmu tersendiri, demikian pula kajian-kajian sosial berkembang menjadi Sosiologi Desain, sedangkan kajian-kajian
historis berkembang menjadi kajian Sejarah Desain Modern dan Sejarah Desain
Indonesia. Tinjauan Desain sendiri kemudian secara khusus mengembangkan metodologi kritik desain berdasar pelbagai pendekatan teoritis. Selain itu, karena tuntutan
pengembangan keilmuan, sejak tahun 1998, Tinjauan Desain juga mengalami pengkhususan-pengkhususan menjadi Tinjauan Desain Produk, Tinjauan Kriya,
Tinjauan Desain Grafis, Tinjauan Desain Interior dan Tinjauan Desain Busana dan
Mode. Meskipun demikian, model-model pendekatan dalam meninjau karya desain
dan kegiatannya, tetap merupakan wilayah kajian Tinjauan Desain secara umum.
Dalam visi lain, pendekatan-pendekatan dalam Tinjauan Desain, lebih menekankan
pada segi apresiasi (design appreciation) dan penafsiran (design interpretation). Namun kemudian dirasakan kurang mencukupi, karena dalam mengapresiasi karya desain, selalu mengandung konsekuensi juga untuk mengkaji masalah sosial, masalah ekonomi, kebudayaan, teknologi dan aspek psikologis suatu karya. Hal itu sejalan dengan berkembangnya jenjang pendidikan tinggi desain ke arah pendidikan tingkat master dan doktoral.Pada periode tahun 80-an, kita tentu perlu menghormati John Heskett, Penny
Sparkle,Charles Jencks, Peter Dormer, Victor Papanek, dan lain lain, yang telah memantapkan wacana keilmuan Tinjauan Desain. Dari tangan-tangan merekalah,
kemudian disiplin Desain berkembang, tidak hanya sebagai praksis, tetapi juga memantapkan diri sebagai suatu wilayah kajian baru yang unik dan bermakna. Sejak tahun 80-an itulah Tinjauan Desain mengalami perluasan kajian, tidak hanya sekedar mengapresiasi karya, tetapi juga meninjau teori-teori desain, falsafah kebendaan, nilai-nilai estetik, pendidikan desain, sejarah artefak, gaya hidup dan juga model-model pembangunan desain di sejumlah negara. Perluasan model Tinjauan Desain itulah yang kemudian memantapkan pendidikan teoritis desain dan juga model-model penelitian di bidang desain. Mengamati desain pada periode berikutnya menjadi pendekatan lintas disiplin, seperti dalam kajian Semiotik, Semantik, Transformasi Budaya, Bahasa Rupa, Antropologi Budaya hingga kajian-kajian yang bersifat filosofis.
MENGENAL DESAIN GRAFIS
Desain grafis menuntut pemahaman terhadap esensi dunia visual dan seni (estetika). Sebab desain grafis menerapkan elemen-elemen dan
prinsip-prinsip desain (komposisi) dalam memproduksi sebuah karya visual. Desain grafis menerapkan beberapa prinsip, yakni: Kesederhanaan, Keseimbangan, Kesatuan, Penekanan, dan Repetisi. Sedangkan elemen-elemen yang diusungnya meliputi Garis, Bentuk, Ruang, Tekstur, dan Warna. Dan pada akhirnya sang penikmat karya visual akan memberikan penilaian, seperti apa yang dikatakan Kant: Nilai Estetis dan Nilai Ekstra. Nilai estetis diperoleh melalui penggunaan elemen-elemen dan prinsip-prinsip. Sedangkan nilai ekstra muncul: gerakan (animasi), percepatan, lambaian, suasana panas, atmosfer tenang dan lain sebagainya. Sony Kartika (2004) dalam Pengantar Estetika memaparkan tiga tingkatan basis aktivitas estetik. Pertama, pengamatan terhadap kualitas material, warna, suara, gerak sikap dan banyak lagi sesuai dengan jenis seni serta reaksi fisik yang lain. Kedua, penyusunan dan pengorganisasian hasil pengamatan. Pengorganisasian itu merupakan konfigurasi struktur bentuk-bentuk yang menyenangkan dengan pertimbangan harmoni, kontras, keseimbangan, kesatuan, keselarasan yang utuh. Ketiga, susunan hasil persepsi. Hal ini dihubungkan dengan perasaan dan emosi, yang merupakan hasil interaksi antara persepsi memori dengan persepsi visual. Sebelum istilah desain grafis dikenal luas, orang-orang yang berkecimpung di dunia grafika/percetakan dan media mengenal istilah layouter sebagai
orang yang bertugas menata letak huruf-huruf dan gambar pada bidang kertas
cetak. Sebelumnya juga dikenal dengan typesetter. Setelah digunakannya
teknologi komputer pribadi (personal computer/PC) untuk membuat gpublikasi, pada tahun 80-an kita juga mengenal istilah desktop publishing (DTP). Istilah ini merujuk pada kemampuan komputer untuk mempermudah manusia membuat publikasi, mengatur tata letak dan cetak gambar dan teks. Desktop publishing adalah sebuah sistem di mana terdiri atas beberapa komponen, yaitu: komputer pribadi, alat pencetak (printer), mesin pemindai (scanner) dan beberapa perangkat lunak dan periferal lainnya yang mendukung. Dan dalam penggunaannya tidak membutuhkan ruang dan personel yang banyak (dilakukan sendiri). Kini hal ini lazim disebut sebagai sistem komputer grafis. Beberapa orang menafsirkan sistem komputer grafis sama dengan istilah desain grafis (graphic design). Ini tercermin dalam beberapa kursus dan berbagai workshop mencantumkan label “desain grafis” pada praktik penggunaan Adobe Photoshop dan CorelDRAW. Tidak ada sama sekali penonjolan “ilmu desain”. Hal ini sebenarnya salah. Di atas dijelaskan desktop publishing adalah sebuah sistem perangkat (tools) untuk menghasilkan sebuah karya visual. Sedangkan desain grafis adalah “ilmu” menghasilkan karya visual yang baik dan bernilai seni. Kini berkembang pula apa disebut sebagai seni digital (digital art) dan digital
imaging (pencitraan digital). Keduanya sama-sama dibentuk dengan teknologi komputer grafis.
KESIMPULAN
Jadi teori behavioristik ini dibuat berdasarkan hasil eksperimen dengan menggunakan hewan, sehingga banyak pakar yang menentangnya.Teori ini mengutamakan pengukuran, sebab pengukuran merupakan suatu hal penting untuk melihat terjadi atau tidaknya perubahan tingkah laku tersebut. Sedangkan tinjauan desain merupakan suatu ilmu untuk mencermati, mengamati dan mengkritisi suatu fenomena desain ( karya desain, falsafah, strategi desain, sejarah desain, teori-teori desain, metoda desain, nilai estetika, perubahan gaya hidup) maupun hal-hal lain yang berkaitan dengan dunia perancangan secara umum. Adapun desain grafis menuntut pemahaman terhadap esensi dunia visual dan seni (estetika). Sebab desain grafis menerapkan elemen-elemen dan
prinsip-prinsip desain (komposisi) dalam memproduksi sebuah karya visual.
Sekian dari blog saya kali ini, semoga bisa membantu menambah wawasan pengetahuan tentang teori desain dan bermanfaat.
Terimakasih
DAFTAR PUSTAKA
https://scholar.google.com/scholar?hl=en&as_sdt=0%2C5&q=pemahaman+definisi+mengenal+teori+design&oq=pemahaman+definisi+mengenal+teori+desi#d=gs_qabs&t=1710747086461&u=%23p%3DkJ_BpLevPp8J
Wathroh Mursyidi
Almarhalah| Jurnal Pendidikan Islam 3 (1), 33-38, 2019
https://scholar.google.com/scholar?hl=en&as_sdt=0%2C5&q=pemahaman+definisi+mengenal+teori+design&oq=pemahaman+definisi+mengenal+teori+desi#d=gs_qabs&t=1710747606842&u=%23p%3DrQrI9b8n28EJ
Agus Sachari, Yan Yan Sunarya
Penerbit Institut Teknologi Bandung. Tanpa tahun, 2000
https://books.google.co.id/books?hl=en&lr=&id=0HesDwAAQBAJ&oi=fnd&pg=PR5&dq=info:RWAw778nLl8J:scholar.google.com/&ots=QZ4gxf0cJR&sig=avHqjP335jUCwZmq279v4GBfQRA&redir_esc=y#v=onepage&q&f=false
Rudi Ahmad Suryadi, Aguslani Mushlih
Deepublish, 2019
Komentar
Posting Komentar