Literature review 20 JURNAL

 JURNAL 1


Judul : Nilai–Nilai Etika dalam Anime One Piece Movie Red Perspektif Aristoteles dalam Buku Etika Nikomakea


Penulis : Syaf Reiza Rachmadani, Elly Warnisyah Harahap, Kasron Nasution


Metode : Peneliti menggunakan metode deskriptif kualitatif berbasis library research atau penelitian kepustakaan. Pendekatan kualitatif menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dan perilaku yang diamati, bukan angka statistik. Metode ini umum digunakan untuk meneliti objek berupa simbol, teks, atau kondisi budaya sosial masyarakat. Secara singkat, penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif berbasis penelitian kepustakaan untuk mengeksplorasi dan menjelaskan objek penelitian, seperti simbol, teks, dan kondisi budaya sosial masyarakat. Data yang diperoleh dianalisis dalam bentuk uraian naratif, bukan angka statistik, untuk memberikan pemahaman yang lebih dalam tentang topik

yang diteliti.


Hasil dan pembahasanAnime One Piece Movie Red

One Piece adalah salah satu anime yang paling digemari di seluruh dunia. Anime ini diadaptasi dari manga yang ditulis oleh Eiichiro Oda. Teks ini bercerita mengenai perjalanan seorang remaja yang berumur tujuh belas tahun yang bernama Monkey D Luffy. Seorang remaja dengan fisik yang kurus namun memiliki tubuh yang lentur karena ia mengonsumsi sebuah buah yang disebut sebagai buah iblis. Berkaitan dengan teks ini, ada sebuah buah yang dikenal dengan sebutan gomu-gomu nomi. Sering kali menggunakan topi jerami, mereka bermimpi menjadi penguasa bajak laut di seluruh dunia. Melintasi lautan yang luas, menjalani petualangan yang luar biasa, menjelajahi misteri yang suram, dan melawan lawan yang tangguh, telah ada banyak halangan yang telah dilalui, semua itu demi mendapatkan harta yang sangat diidamkan, yaitu One Piece. Berdasarkan data yang dikumpulkan oleh Google, jumlah pencarian yang menggunakan kata kunci "One Piece" telah mencapai 4 juta. Fakta ini dapat menunjukkan bahwa anime ini menjadi salah satu anime yang paling diminati di seluruh dunia, termasuk di Indonesia.


Nilai etika Nikomakea Relevansinya Dengan Anime One Piece Movie Red

1. Nilai Kebaikan

Dalam anime One Piece Movie Red, terdapat sebuah hubungan dimana di balik 

tindakan kejahatan terdapat tujuan baik untuk orang lain dan juga kebaikan yang ada. 

Dalam text ini terdapat inti yang mendalam. Pesan yang diajarkan oleh film ini adalah 

pentingnya berlaku baik kepada orang lain dan menghindari sikap egois karena dapat 

memiliki konsekuensi yang berdampak. Kejadian tersebut memberikan dampak buruk dan 

kerugian bagi orang di sekitar termasuk diri sendiri. Lakukanlah kebaikan sesuai dengan 

kemampuan yang kita miliki, jika belum sanggup, sebaiknya tidaklah dipaksa karena 

dapat berakibat buruk. Dalam serial anime ini, kita dapat berkontribusi pada kebaikan 

orang lain dengan melakukan hal-hal sederhana seperti menyanyi dan menari bersama. 

Jangan hanya menilai dari penampilannya saja, karena meskipun terlihat jahat dengan 

nama bajak laut, tidak semua bajak laut itu jahat, ada juga yang memiliki sifat baik. Dan 

menciptakan kebaikan bagi semua orang yang mengembalikan kesadaran mereka ke 

dalam tubuhnya sendiri, dan kebahagiaan tertinggi mereka adalah ketika mereka dapat 

kembali ke realitas, meskipun realitas dunia ini penuh dengan penderitaan setidaknya itu 

nyata.

2. Nilai Persahabatan

Hubungannya dengan anime one piece movie red adalah sama- sama mengartikan 

sahabat ada yang saling menguntungkan, sama-sama memiliki hobi, bahkan ada yang 

memang benar-benar murni karena kebaikan. Di dalam anime ini mengajarkan seberapa jauh pun jarakmu dengan sahabatmu, seberapa lama pun kalian tidak bertemu kalau

kalian memang sahabatan maka kalian tidak akan pernah melupakan nya. Sahabat itu

selalu siap siaga ketika kita mendapatkan masalah tidak pergi meninggalkan sendirian

hingga terpuruk berputus asa. Sahabat itu solidaritasnya tinggi contohnya persahabatan

kru mugiwara. Bahkan sang kapten ketika terluka masih memikirkan teman-temannya

yang terperangkap oleh uta dan berusaha untuk membebaskannya walupun berujung

luffy tak bisa melepaskan mereka. Namun, itulah pentingnya punya sahabat yang saling

menguntungkan karna bisa membantu sama lain seperti persahabatan luffy dan coby.

Dalam anime ini ada juga pertengkaran sesama teman dan dalam kehidupa kita sendiri

yang nyata pun ada. Namun, dengan pertengkaran ada yang semakin dekat dan ada

juga yang semakin jauh persahabatannya.

3. Nilai Kebahagiaan

Menurut Aristoteles, mencapai kebahagiaan merupakan tujuan terbesar dalam

kehidupan manusia. Kebahagiaan terdapat pada kegiatan yang memiliki nilai utama, yaitu

kegiatan yang sesuai dengan sifat baik dalam jiwa. Kebahagiaan bukan merupakan

sebuah situasi atau kondisi, tetapi merupakan sebuah gaya hidup yang aktif dan

bergerak. Barang-barang luar yang memadai, seperti kesehatan, harta, reputasi, dan

hubungan sosial, juga diperlukan untuk mencapai kebahagiaan. Kehidupan manusia

memiliki intinya dalam kesempurnaan yang dikenal sebagai kebahagiaan. Dalam anime

One Piece, selain terdapat tema kebaikan dan persahabatan, terdapat pula tema

kebahagiaan. Misalnya, Musik memiliki kemampuan untuk memberikan kebahagiaan

kepada orang lain. Permintaan seseorang untuk membuat kebahagiaan bagi orang lain

dapat terwujud. Bahkan ada yang merasa bahagia ketika bertemu dengan teman lama.

Setelah merindukan satu sama lain, mereka saling berpelukan dan tertawa bersama.

Ada yang merasa bahagia karena memiliki harta kekayaan dan ketenaran, sementara ada

yang merasakan kebahagiaan dalam keinginan untuk hidup bebas, damai, sentosa, dan

sejahtera. Berbagai jenis kebahagiaan dapat berbeda-beda menurut setiap individu.

Anime adalah salah satu yang populer sekarang. Namun, yang paling mencolok dalam anime ini adalah kebahagiaan semua orang saat mendengar nyanyian Uta. Namun dalam anime ini, kebahagiaan hanya berlangsung sebentar karena hanya berupa mimpi yang tidak terjadi dalam kehidupan nyata.


Perspektif Filsuf Islam Melihat Nilai Etika Nikomakea dan Nilai Etika Dalam Anime One 

Piece Movie Red 

Menurut Al Ghazali, manusia diciptakan di tempat tertentu dengan dititipkan akal 

yang sempurna dan akhlak yang baik, juga memiliki kecukupan dalam segala hal. Untuk 

mengendalikan hasrat dan perasaan. Selanjutnya, moralitas ini diperoleh melalui upaya Mujahadah (Membangun hubungan yang lebih dekat dengan Tuhan) dan melatih 

kepribadian batin. Kebijaksanaan, keberanian, penjagaan diri, dan keadilan adalah 

beberapa nilai atau karakter yang penting. Keadilan adalah sebuah konsep yang penting 

dalam sistem hukum. Ia merupakan prinsip yang mendasari penegakan hukum di mana 

setiap individu diperlakukan dengan adil dan setara. Menurut Al Farabi, dalam perspektifnya tentang perilaku manusia, al-Farabi 

mengusulkan memelihara keseimbangan agar tetap sehat baik secara emosional maupun 

fisik menempati posisi di tengah-tengah. Hal tersebut bisa diketahui dengan mengamati 

pada masa yang berbeda, di lokasi yang berbeda, oleh individu-individu yang berbeda, 

dengan tujuan yang beragam, dilakukan berbagai macam tindakan dengan metode yang berbeda pula. Syarat tersebut dipenuhi oleh penggunaan dan pekerjaan yang sesuai. Salah satu contohnya adalah keberanian dan kejujuran yang ditunjukkan oleh seseorang. Orang-orang muslim yang berperilaku jujur dan takwa akan diberikan pahala yang besar 

Sebagaiman Allah berfirman dalam QS. QS.Al Ahzab: 35. “Sesungguhnya laki-laki dan 

perempuan yang muslim, laki-laki dan perempuan yang mukmin, laki-laki dan perempuan yang tetap dalam ketaatannya, laki-laki dan perempuan yang benar, laki-laki dan perempuan yang sabar, laki-laki dan perempuan yang khusyu', laki-laki dan perempuan yang bersedekah, laki-laki dan perempuan yang berpuasa, laki-laki dan perempuan yang memelihara kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah, Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar”.Sama persis dengan Etika menurut Aristoteles yaitu puncak dari kebaikan adalah kebahagiaan. Maka untuk mencapai kebahagiaan, haruslah melakukan sebuah kebajikan. Untuk melakukan kebajikan diperlukan sikap baik, keberanian, kesabaran, keadilan, kesederhanaan dan menjalin persahabatan. Namun, salam pandangan Islam, etika Aristoteles sejalan dengan nilai-nilai Islam seperti kejujuran, keadilan, dan kasih sayang. Namun, Islam menambahkan dimensi spiritual dan tujuan akhirat yang tidak ada dalam filsafat Aristoteles. Dalam konteks film, seperti anime One Piece Movie Red, etika juga penting. Film ini mencerminkan konsep persahabatan, kebaikan, dan pencarian kebahagiaan. Film ini juga menampilkan konsep dunia impian atau fantasi, yang menurut filsuf Islam bisa merupakan rahmat, rangsangan jiwa, atau godaan setan. Dengan demikian, baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam film, etika memiliki peran penting dalam mencapai kebahagiaan. 


SIMPULAN

Etika Nikomakea, karya Aristoteles, berfokus pada konsep kebajikan dan karakter moral, dengan tujuan mencapai eudaimonia atau kebahagiaan. Di sisi lain, etika dalam 

pandangan Islam berfokus pada akhlak yang terpuji dan tercela, dengan tujuan membentuk 

manusia yang bertakwa. Untuk melakukan kebajikan diperlukan sikap baik, keberanian, 

kesabaran, keadilan, kesederhanaan dan menjalin persahabatan. Namun, dalam pandangan Islam, etika Aristoteles sejalan dengan nilai-nilai Islam seperti kejujuran, keadilan, dan kasih sayang. Namun, Islam menambahkan dimensi spiritual dan tujuan akhirat yang tidak ada dalam filsafat Aristoteles. Dalam konteks film, seperti anime One Piece Movie Red, etika juga penting. Film ini mencerminkan konsep persahabatan, kebaikan, dan pencarian kebahagiaan. Film ini juga menampilkan konsep dunia impian atau fantasi, yang menurut filsuf Islam bisa merupakan rahmat, rangsangan jiwa, atau godaan setan. Dengan demikian, baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam film, etika memiliki peran penting dalam mencapai kebahagiaan.


JURNAL 2 


Judul : REPRESENTASI KONFLIK KEBANGKITAN SOSIAL DALAM FILM ANIME ONE  PIECE ARC DRESSROSA (STUDI ANALISIS ROLAND BARTHES)


Penulis : M. Soffan Azis, Nurma Yuwita


Metode : Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif yang bertujuan untukmenjelaskan secara mendalam fenomena melalui pengumpulan data yang paling komprehensif.(Purwanto, 2022).

Kriyantono mengartikan penelitian deskriptif dokumentasi sebagai bentuk penelitian

deskriptif yang memanfaatkan dokumen sebagai sumber data. Dokumen-dokumen tersebut dapat berupa arsip, laporan, buku teks, rekaman audio dan video, dan lain-lain. Tujuan penelitian deskriptif terhadap dokumen adalah untuk menggambarkan atau menjelaskan suatu fenomena atau kondisi yang terkandung dalam dokumen. Penelitian deskriptif dokumentasi mungkin merupakan pendekatan penelitian alternatif yang layak dan efektif, khususnya bila informasi yang diinginkan sudah dapat diakses dalam bentuk dokumentasi. Namun, penting untuk dicatat bahwa keakuratan dan kelengkapan data yang diperoleh dari dokumen sebagian besar bergantung pada kualitas dokumentasi yang digunakan dan kapasitas peneliti untuk melakukan analisis.(Purwanto, 2022).

Penelitian ini berupaya untuk mendapatkan wawasan tentang konsep denotasi, konotasi,

dan mitos yang dikaitkan dengan model Roland Barthes dalam film Animasi Toei, “One Piece arc dessrosa”. Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi ilmu komunikasi, khususnya di bidang analisis teks media, psikologi komunikasi, dan banyak lagi. Lebih lanjut, hasil penelitian tersebut dapat diterapkan baik pada adegan dalam film anime, maupun dalam konteks psikologi komunikasi.


HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN :

One Piece adalah serial manga Jepang yang ditulis dan diilustrasikan oleh penulis dan 

seniman manga Jepang Eiichiro Oda. Telah diterbitkan di majalah manga Jepang Shueisha's Weekly Shonen Jump dari 22 Juli 1997 hingga Maret 2023 dalam 105 volume tankobon. Ceritanya berkisar pada petualangan anak laki-laki Monkey D. Luffy yang memiliki kekuatan tubuh elastis seperti karet setelah secara tidak sengaja memakan buah iblis. Bajak Laut Topi Jerami, kru bajak laut Monkey D. Luffy, melakukan perjalanan sepanjang Grand Line untuk menemukan harta karun terbesar di dunia yang dikenal sebagai “One Piece” dan menjadi raja 

bajak laut berikutnya. Anime One Piece arc Dressrosa (action call of the film) dapat disaksikan melalui platform Bstation. Bstation mudah diakses oleh berbagai kalangan film dan salah satunya adalah genre anime dan salah satunya adalah genre anime. Dapat diakses dari episode Pertama hingga episode terbaru.


Makna Denotasi, Konotasi dan Mitos Film Anime One Piece Arc Dressrosa :

Yang pertama pada tahap denotasi, peneliti menemukan scene yang menunjukkan konflik sosial. Pada scene pertama menampilkan dialog interaktif kru luffy dengan doflmingo menggunakan media telepon dengan tulisan “Baiklah, itu demi kebaikan kalian. Jika kau mencoba kabur dengannya, kau tahu apa yang akan terjadi pada kalian”. Kemudian scene selanjutnya menampilkan sebuah pertunjukkan pertarungan gladiator

di sertai tulisan “Aku dengar seorang bajak laut bernilai 400 juta bernama luffy si topi jerami diam-diam bertarung dalam kompetisi ini”, selanjutnya menampilkan transaksi penukaran sandera yang mengakibatkan kekacauan disertai tulisan “tidak ada yang benar-benar bisa kulakukan hal seperti itu, meskipun dia membuat beberapa skema. Kau seorang bajak laut! Meskipun kau seorang shichubukai dan seorang raja, kau tidak memiliki kekuatan untuk menyebarkan kebohongan di seluruh dunia! Satu-satunya orang didunia ini yang memiliki kekuatan untuk melakukan hal bodoh seperti itu adalah Naga Langit”. Selanjutnya menampilkan scene seorang yang akan menggulingkan kerajaan dressrosa pada malam hari sehingga mengakibatkan konflik sosial sekitar sosial disertai dialog ” Mengapa demikian, Raja Riku-sama? Apakah kita melakukan sesuatu yang salah? Kalau selalu begitu. Kau adalah raja yang kamu banggakan. Kau memberitahu kami bahwa kau membutuhkan uang kami. Jadi kami telah membawahkan mu semua uang kami. Karena kau selalu peduli dengan kami lebih dari apapun! Karena kau adalah kebanggaan dan kebahagian kami!!. Raja Riku telah menginjak-injak perasaan kita! Dia akan mengambil uang kita dan membunuh kita semua! Untuk memuaskan kenginan egoisnya sendiri, dia akan membuang kita seperti sampah! Raja Riku, kau bajingan!aku membencimu! Kau bajingan rendah dan kotor”, selanjutkan menampilkan scene aliansi topi jerami membahas perencannaan strategi untukmeruntuhkan raja doflamingo bertujuan untuk mengembalikan kepimpinan kerajaan dressrosa dan menyergap orang bernama sugar untuk tujuannya mengembalikan mainan manusia menjadisemula kejadian itu disertai dialog “Aku tidak bisa mengikuti rencana bocah Law! Sengingatku

rencananya adalah begini. Setelah menghancurkan pabrik SMILE, Doflamingo harus tetap hidup dan mempergunakannya untuk mengalahkan kaido. Tapi kemudian apa yang terjadi akan terjadi orang-orang berusaha menjatuhkan Doflmingo hari ini”.


Representasi Konflik Kelompok pada Film Anime One Piece Arc Dressrosa :

Konflik kelompok adalah pertentangan terjadi antara dua kelompok atau lebih yang

disebabkan oleh kepentingan yang sama. Konflik ini bertujuan untuk terjadinya perselisihan pendapat individu maupun kelompok. Konflik kelompok sering terjadi ketika kepentingan organisasi atau kelompok mengakibatkan demontrasi, perkelahian, keuntungan pribadi, dan perang antar kedua negara.Demontrasi, banyak hal dalam peritiwa terjadinya demontrasi, konflik kelompok ini

befokus pada tindakan kolektif dimana sekelompok orang berkumpul untuk menyampaikan pesan atau pendapat mereka tentang suatu isu atau masalah tertentu. Demontrasi sering digunakan sebagai sarana untuk mengadvokasi perubahan sosial atau politik. Perkelahian, banyak peristiwa terjadi ketika gejala konflik sosial, konflik kelompok ini berfokus pada tindakan hasil dari perbedaan-perbedaan dalam nilai, norma dan kepentingan antara individu atau kelompok.

Perkelahian, banyak peristiwa terjadi ketika gejala konflik sosial, konflik kelompok ini

berfokus pada tindakan hasil dari perbedaan-perbedaan dalam nilai, norma dan kepentingan antara individu atau kelompok. Perkelahian sering terjadi tindakan dapat merusak kohesi kelompok dan mengakibatkan perpecahan.


Kesimpulan : Berdasarkan hasil pembahasan yang sudah dilakukan peneliti mengenai “Representasi Konflik dalam Film Anime One Piece Arc Dessrosa”, maka bisa disimpulkan bahwa:

Film Anime One Piece Arc Dressrosa memiliki konflik sosial secara kelompok yang direpresentasikan dalam bentuk demontrasi dan perkelahian. Film Anime One Piece Arc Dressrosa memiliki konflik sosial secara pribadi yang direpresentasikan dalam bentuk perbedaan pendapat orang lain dan tidak mau

menerima perbedaan budaya. 


JURNAL 3


Judul : Analysis of the Moral Values of the One Piece Anime Movie "Z"


Penulis : Ahmad Nofrian, Ira Maisarah 


Method : This research employs a grounded theory approach within the framework of descriptive qualitative method. 

Karo and Wardana (2022) said that grounded theory is considered qualitative as the analysis does not involve numerical data. The data collection in this study consists of the result of using the script of One Piece Movie 

"Z" (https://www.scripts.com/script-pdf/15270) and watched the movie which translated in 

English then screenshot the scene of the movies that has moral values and then analysis the scene of the movies. The analytical procedure comprised the following sequential steps:

1. In the Beginning, the researcher chose One Piece Anime Movie Z as the research subjects;

2. Then, the researcher watches and analyzes the movie scene by scene;

3. Next, the researcher describes the scene and moral values.

4. Finally, the researcher prepare a report on the analysis of the findings.


Results and discussion : In this part, the researcher puts forth and elaborates on data findings and discussion about the study of One Piece Anime Movie Z which were written by Eiichiro Oda.

Description of One Piece Anime Movie Z

On December 15th, 2012, One Piece Movie Z premiered, distinguishing itself as the inaugural film in the series set after the time skip. The storyline revolves around Z, a former Marine Admiral who has assumed leadership of his faction, the Neo Marines, in accordance with the title's implication. The main characters in this movie are the straw-hat pirates consist of Luffy as the captain of the ship, Roronoa Zoro as the vice-captain and swordsman, Sanji as the chef, Nami as the navigator, Usopp as the sniper, Chopper as the ship's doctor, Robin as the archaeologist, Franky as the shipwright, and Brook as the ship's musician. Then, along with Zephyr or Z, as the main villain, and his subordinates, namely Ain and Binz, there are also navy forces such as Sengoku, Garp, and Kizaru, as well as the former navy officer Aokiji and a sailor named Mobston. This movie's story begins with a former Navy admiral Z who leads the NEO Marines. Z is accompanied by his former employees, Ain and Binz who are loyal to their superiors. The NEO Marines embarked on a mission to locate the 'Dyna Stone,' but their efforts were disrupted when Kizaru appeared and launched an attack on Z. Unfortunately, the Dyna Stone that had been stolen activated and destroyed the surrounding island. After the explosion, the navy immediately learned of the incident and predicted Z's goal of targeting the "end point". Z was thrown around in the ocean after the big explosion.


a) Courage

Courage is the mental or moral power to take risks, persevere, and face danger, fear, or struggle. Karo-karo and Wardana (2022) argue that courage is the behavior of struggling to accomplish something essential and being capable of confronting anything that stands in the way, no matter the difficulties, because you have faith in the truth. From this movie, we can see that Luffy is a brave man. He is fearless about-facing Z even though he has already lost twice. Moreover, the straw hats are brave; they face Z and his neo-marines. Although they

lose numbers, they know that the island where they are is in danger because it is going to explode, and there are other enemies from the marine side, like Kizaru and his force.


b) Self-Sacrifice

Self-sacrifice is the decision to give away something you require or want for the sake of others. It also means an attitude to do something for the benefit of many people who are done with sincere and open hearts without demanding a reward. According to Bélanger et al. (2018), Self-sacrifice can be defined as the mental willingness to endure pain and loss for a cause. Many things cause a person to be willing to sacrifice themselves for others; the most common is compassion and love, which cause us to be willing to sacrifice everything. From this movie, we can see that Z sacrifices his self. After a long fight with Luffy, Z finally loses and recognizes Luffy as a great man. Then Kizaru came to capture Z, his subordinates, and the straw hat crew.

Knowing that, Z told Luffy to run away immediately, and he would open the way by sacrificing himself to face Kizaru and all the Marine Force members.

c) Honesty

Honesty is a positive moral principle when we say and do things honestly and not fake. Mustari (2011) claims that honesty is an interpersonal behavior that means rendering oneself credible to others and oneself in actions, statements, and the workplace. Honestly, it is saying and doing the truth. Honesty is a character trait that means daring to state personal beliefs, showing who he is. This honest character or honesty will be reflected in behavior followed by a straight heart, speaking according to reality, acting according to evidence, and telling the truth (Zubaidillah, 2018). In this movie, there are several scenes about honesty. Among them, when the marines answer Nami's question about their purpose of coming to a particular island, which is to capture Z, Then when Aokiji tells of the danger of dyne stone, even though it is scary and not for the public, as well as the scene when Aokiji tells the straw hat crew the location of the endpoint and where Z is.

d) Fairness

Rescher (2002) define fairness as the realization that there should be homogeneity of action when there is  equality. People should be treated equally for ethical reasons. The scene about fairness in this movie is shown 

when the marine treats Z like any other criminal. Even though Z used to be a mentor and teacher for many young Marines, when he does something that can endanger society, he must still be stopped and arrested.

e) Wisdom

Wisdom is our attitude when we judge things wisely and make the best decisions. According to Lickona (2004), the value of wisdom is how human treatment is carried out in deciding on an action to take based on the situation that occurs. When deciding, we must keep our presence of mind so that the decision is not mistaken and harmful. The demonstration of wisdom in this movie is apparent in the scene where Luffy emerges victorious over Z in the conclusion. Z asks Luffy to finish his life because he has lost it, but Luffy chooses not

to. Luffy believes that Z is only doing what he believes in, even though it is wrong. Other than that, Z has also given up. Then there is another scene when Z's subordinates, Ain and Binz, want to die with their teacher but are stopped by Aokiji for the sake of their master.

f) Respect

Respect is an attitude in which we value something or someone because of their words, behavior, or age. Respect is a vital part of developing positive connections. A respectful approach fosters compassion and

affection, resulting in a peaceful existence (Ulfah, 2018). Respect is seen here as Aokiji refuses to fight his master because he values what he has been taught. Then Mobston handed up his military equipment to Luffy

and his crew since he admired their courage in ending Z's dangerous goals.

g) Hard Work

Hard work involves putting in continuous effort without surrendering, aiming for greater success. We mustbe focused, consistent, and motivated in hard work to achieve what we want. When you have a desire and are

eager to be fulfilled, hard work is necessary to achieve the target. A great desire must be accompanied by great effort. The hard work in this movie can be seen in the endless efforts of Z and the Neo Marine members to

achieve their goals of blowing up the three endpoints and ending the pirate era that has harmed many people, even though what he did was still considered wrong because he committed mass murder.

h) Keeping Promises

Base on Lase and Halawa (2022), keeping a promise means keeping and doing what we have said and not denying it, even though it is hard. Others highly favor people who always keep their promises, so when we

make a promise, we must keep it. Keeping a promise is not just an attitude; it is risking one's dignity in front of others to convince them that one can keep one's promise or pay for it. This value was found in the early

scenes of this movie when Chopper wanted to save Z's life, who had previously been tossed around in the ocean. The crew realized that Z was probably a dangerous person to help, so when Chopper hesitated to treat him for fear that he was a dangerous man, Luffy promised to beat him if he was an enemy. Despite initially losing, Luffy persisted and held onto his resolve.

i) Helping other

Helping others is the attitude we adopt when we want to help people who need help or are facing problems. Innayah and Simanjuntak (2022) stated that giving help is a practice that contributes to a person's charity by building love among others. Caring ensures peace of mind as well as the enhancement of moral conduct and respect for others. This attitude is shown in the scene when Chopper, as a doctor, saves the injured Z even though he does not recognize the person. He helps because he can, even though he does not know the person. As well as the other crew, they are happy to help people experiencing distress because it is in their nature to  help people who need help. Besides that, another scene is when Aokiji, who can freeze anything, takes care of the fleeing residents because of an erupting mountain, which causes lava to flow and destroys residents' settlements and threatens lives; also, in the scene where Mobston helps the pirates, whose ship was damaged by Z.

j) Working together

Working together is the attitude of doing something together to make things easier. It is in line with Furqon (2013), through cooperation, we can complete tasks faster and easier than working alone, and we can enjoy the joy of everyone being able to share the work. In the movie, working together is seen when Luffy, Zoro, and Sanji fight against Z, threatening their lives, and the other crew members work together to protect their ship from the Neo Marines's attack.

k) Believing in God

Believing in God means being convinced and fully believing that God exists and is always watching over us. In this movie, there are no scenes about believing in God because this genre of movie only tells about fighting, action, adventure, and solidarity, and there is no religious element.


Conclusion : A movie is a frequently utilized medium for conveying moral messages, allowing the audience to interpret

and derive their own meanings from the content presented. According to the analysis of the study, the researchers conclude that numerous moral values are contained in the One Piece anime movies ‘’Z’’. The researchers employ Sulistyorini's theory to analyze the moral values in the movies. The morals include courage, self-sacrifice, honesty, justice, wisdom, respect and appreciation, hard work, fulfilling promises, supporting others, and working together. From the analysis, the moral values mostly delivered in these movies are helping others and only belief in God values that are not contained in these movies since the themes of the movies are action, adventure, and, most significantly, friendship. These movies not only have a unique storyline, but they also have terrific action. Many good and useful moral values can be learned from these movies. Therefore, the researcher recommends that viewers not only appreciate the storyline of the movies but also assimilate and apply the positive messages conveyed, fostering personal growth and development.


JURNAL 4


Judul : MORAL VALUE IN ONE PIECE ANIME MOVIE OF CHOPPER PLUS BLOOM IN THE WINTER


Penulis : Hilda Hastuti, Puspita Dewi


Method

 The study uses descriptive analysis method. This method is done by describing the facts that is followed by analysis (Ratna, 2013:53). Descriptive design is concerned with the current phenomenon. This type of research described existing achievements attitudes, behaviors, or other characteristics of a group of subjects (Febriyanti, Hastuti, & Hadi, 2019:54). In this study the current phenomena are the moral value of One Piece Anime Movie of Chopper Plus Bloom in The Winter by Eichiiro Oda. The instrument for collecting and analyzing data of this study are movie, screenshot, copied the screenshot, and Researcher. The data source in the study is subjects from which the data can be obtained Arikunto (Febriyanti, Hastuti & Hadi,2019:54). The main data of this research is One Piece Anime Movie of Chopper Plus Bloom in The Winter by Eichiiro Oda. The researchers used this anime movie because it has taken the record for most anime production throughout anime production in Japan and it has been translated into some languages. It also contained many moral values.


Findings and discussion

In this part researcher put and elaborate data finding and discussion about the study of Moral Value in One Piece Anime Movie of Chopper Plus Blossom in The Winter by Eichiiro Oda.

Description of The One Piece Anime Movie of Chopper Plus Blossom in The Winter. This anime movie told about pirates’ crew named Straw hat which led by Mugiwara Monkey d Luffy. The crew names are Mugiwara Monkey D Luffy as a captain, Roronoa zoro as a vice captain, Nami as a navigator, Ussop as a snipper, Vinsmoke sanji as a chef, Tony Tony Chopper as a doctor, Nico Robin as a archaeologist, Franky/Cutty Flam as a carpenter, and Brook musician. Straw hat crew needed a doctor. Someday they sailed through the sea Nami a navigator of the crew got sick. She got fever. All of the crew were panic and surprised. In the same time typhoon mostly cracked their ship but Nami were able to turn around, finally they berthed the ship in Snow Island where Chopper lived and grew. In the Snow Island it was founded a castle at the top of mountain.


Moral Value from the movie

There was some moral values that the researchers found in One Piece Anime

Movie of Chopper Plus Bloom in The Blossom.

1). A solid team. One Piece taught us how to build solid as a team. The leader should be took after of his/her team or crew.

2). All efforts will gain the result.

3). Animal was more human than human.

4). The difference is not a way to intimidate others because all the creature are born by dissimilar.


Conclusion and suggestion

One Piece Anime Movie of Chopper Plus Bossom in The Winter contains moral value or moral education that is not only to entertain but also it is educated the watchers. Anime is derived from manga and it is adapted into original animation video. It is shows us that commercial programming contains moral value. Moral  value is commonly important kind of subsidiary value.  The researcher pursues the future researcher who will conduct the same research about moral value domain to gain and analyze deeply and for education it can be one of the references to literature study.


JURNAL 5 


Judul : MATERI DAN METODE PENDIDIKAN AKHLAK DALAM FILM ANIME ONE PIECE ARC ALABASTA


Penulis : Rahmat Adnan Lira


Metode : Dalam penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan kualitatif, sedangkan jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian pustaka (library research). yang menjadi sumber data primer pada penelitian ini adalah film anime one piece arc alabasta, sedangkan yang menjadi data sekunder adalah buku, artikel maupun jurnal yang berkaitan. Untuk pengumpulan datanya dilakukan dengan menonton lalu mencatat bagian yang dianggap berkaitan dengan penelitian. Selanjutnya data-data yang diperoleh dianalisis dengan metode reduksi, penyajian dan penarikan kesimpulan.


Hasil dan pembahasan

A. Materi Pendidikan Akhlak dalam Film Anime One Piece Arc Alabasta 

1. Nilai-nilai pendidikan akhlak dalam film anime one piece arc alabasta

2) Optimis pada kemampuan sendiri.

B. Akhlak kepada Allah swt

1) Ikhlas dan sabar

2) Bersyukur

C. Akhlak Kepada Sesama Manusia

1) Saling menghormati

2) Tolong Menolong

3) Menepati janji

4) Mengucap terima kasih ketika mendapat bantuan dari orang lain

5) Saling percaya/berbaik sangka

6) Kasih sayang

7) Meminta maaf

8) Melindungi orang lain

9) Mendengarkan orang lain ketika berbicara


 Metode pendidikan akhlak pada film anime one piece arc 

alabasta. Metode pembelajaran (instruction method) merupakan akumulasi beberapa konsep-konsep mengajar (teaching) dan konsep belajar (learning) yang disatukan agar tercipta proses pembelajaran sesuai yang 

diharapkan. Keduanya merupakan perpaduan dalam sistem pembelajaran yang melibatkan peserta didik , tujuan, materi, fasilitas, prosedur, alat atau media yang digunakan. Arti penting dari metode pembelajaran sangat tergantung dari kemoderenan dan kekonvensionalan penerapannya. Metode pembelajaran merupakan media transformasi dalam pembelajaran, agar kompetensi yang diharapkan dalam pembelajaran tercapai. Metode yang bervariasi sesuai dengan kompetensi yang diharapkan akan merangsang minat dan motiviasi peserta didik, dengan motivasi yang kuat, maka prestasi belajar akan meningkat Adapun metode pendidikan akhlak yang ditunjukkan dalam film

anime one piece arc alabasta yaitu sebagai berikut:

1. Metode praktik

Metode praktik adalah metode yang langsung menggunakan bahasa secara intensif dalam komunikasi. Metode ini sering dikenal dengan metode yang memberikan latihan-latihan terhadap materi yang dipelajari

2. Metode ceramah

Metode ceramah adalah metode pembelajaran yang berbentuk penjelasan konsep, prinsip dan fakta, pada akhir pembelajaran ditutup dengan tanya jawab. 

3. Metode diskusi

Metode diskusi adalah suatu cara penyampaian materi pembelajaran dengan jalan bertukar pikiran baik antara guru dengan peserta didik atau peserta didik dengan peserta didik. Selain itu metode diskusi menumbuhkan motivasi peserta didik untuk berpikir atau mengeluarkan pendapatnya sendiri dengan wawasan pengetahuan yang mampu mencari jawaban. 

4. Metode peringatan dan nasehat

Metode peringatan dan nasehat, Islam mengajarkan kepada umatnya agar saling memberi peringatan dan nasehat satu sama lain. Hal ini diwajibkan dalam Islam karena saking pentingnya manfaat peringatan dan nasehat dalam menegakkan kebenaran dan kebaikan. Maka dari itu pendidik Islam harus dapat berfungsi sebagai pemberi peringatan dan nasehat yang baik kepada peserta didik sesuai dengan ajaran Islam. Mengajarkan kebaikan dengan memberikan nasehat serta ajakan kepada orang lain dan melaksanakan kebaikan adalah termasuk metode pendidikan Islam. 

5. Metode demonstrasi 

Metode demonstrasi adalah salah satu metode pembelajaran dengan memberikan peragaan dan menunjukkan kepada peserta didik tentang suatu proses, situasi atau benda tertentu, baik benda yang konkret atau hanya sekedar tiruan


Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, ditarik sebuah kesimpulan bahwa dalam film anime one piece arc alabasta terkandung materi dan metode pendidikan akhlak, baik itu tersirat maupun yang diperlihatkan secara langsung melalui adegan dan dialog oleh tokoh-tokoh dalam film anime tersebut. Bentuk materi pendidikan akhlak yang ditunjukkan dalam film anime one piece arc alabasta yaitu, 1) Akhlak kepada diri sendiri, di antaranya semangat menuntut ilmu dan optimis pada kemampuan sendiri. 2) Akhlak kepada Allah swt, di antaranya ikhlas dan sabar, bersyukur. 3) Akhlak kepada sesama manusia di antaranya saling menghormati, tolong menolong, menepati janji, mengucap terima kasih ketika mendapat bantuan dari orang lain, saling percaya/berbaik sangka, kasih sayang, meminta maaf, melindungi orang lain, mendengarkan orang lain ketika berbicara. Adapun metode pendidikan akhlak yang ditunjukkan dalam film anime one piece arc alabasta yaitu, metode praktik, metode ceramah, metode diskusi, metode peringatan dan nasehat, metode demonstrasi. Hasil penelitian di atas semoga membuka wawasan penikmat film anime one piece arc alabasta bahwa dalam film anime one piece arc alabasta terkandung nilai-nilai pendidikan Islam yang relevan dengan kehidupan sehari-hari. Sehingga bagi penikmat film anime one piece arc alabasta dapat menemukan pelajaran di dalamnya, bukan hanya dijadikan sebagai tontonan semata yang sifatnya hanya sebagai hiburan yang mengisi waktu luang.


JURNAL 6 


Judul : Representasi Kearifan Lokal Budaya Timur Tengah dalam Film "One Piece: Episode of Alabasta, Princess of The Desert and The Pirates" Produksi Toei Animation


Penulis : Dina Mariska Putri dan Dr. Suryo Ediyono, M. Hum


Teori budaya : Masalah yang menarik untuk diteliti dari objek tersebut yaitu penggambaran unsur yang ditampilkan pada film ini khususnya arc Alabasta/Arabasta jika kita lihat secara umum maka akan terlihat sebagaimana di negara arab/timur tengah, padahal disitu

terdapat nilai-nilai budaya yang bisa dianggap sebagai hal-hal yang merepresentasikan budaya setempat. Oleh karena itu saya ingin meneliti lebih lanjut apakah benar arc ini merepresentasikan timur tengah? Apasaja hal-hal yang memang merepresentasikan budaya timur tengah? Dan apasaja hal-hal yang bertentangan dengan representasi timur tengah? Agar orang yang melihat film ini tidak salah paham dengan representasi budaya timur tengah mengingat film ini sudah mencakup ranah internasional. Dari objek yang saya teliti berhubung ini merupakan produk dari luar bukan langsung dari fokus pembahasan yaitu timur tengah maka saya menggunakan objek kebudayaan itu sendiri yang dianggap sebagai wacana, karena pada hakikatnya kebudayaan sama dengan bahasa. Kemudian objek yang saya pilih lebih kepada

kebudayaan yang bersifat sistem komunikasi nonverbal yang mana menyampaikan

ide dan gagasannya melalui simbol-simbol yang dibawakannya. Menurut Morissan (2013), semiotika merupakan studi mengenai tanda (sign) dan simbol yang merupakan suatu hal penting dalam komunikasi. Semiotika mencakup teori utama yang mengenai tanda mewakili objek, ide, situasi, keadaan, perasaan yang berada di luar diri.


Semiotika Charles Sanders Peirce : Ahli filsafat yang menjelaskan pertama kali memunculkan ilmu tanda pada abad ke-

19 adalah Charles Sanders Peirce. Peirce menjelaskan mengenai ilmu tanda ini

merujuk pada penggunaan tanda pada bahasa. Peirce menjelaskan mengenai makna

yang terkandung dalam bahasa. Peirce menyebut teorinya sebagai “grand theory”

dalam semiotika karena Peirce bersifat menyeluruh, penjelasannya terstruktur dari

semua penandaan. Peirce ingin mengidentifikasi dasar-dasar dari sebuah tanda dan menggabungkan kembali semua komponen yang ada. Teori Segitiga Tanda yang dikenalkan oleh Charles Sanders Peirce meliputi : 

a. Tanda (sign): bentuk fisik yang diserap oleh pancaindera dan mengacu pada

sesuatu yang berfungsi sebagai tanda. Sign meliputi Qualisign (tanda berdasarkan

sifatnya), Sinsign (tanda yang sesuai bentuk kenyataan), Legisign (tanda sebagai

peraturan yang berlaku).

b. Object: merujuk pada tanda. Objek meliputi Icon (tanda memiliki kesamaan

dengan objek yang dimaksud), Index (tanda yang memiliki hubungan sebab

akibat), Symbol (tanda berdasarkan kesepakatan bersama)

c. Interpretan: merujuk pada makna dari tanda. Interpretan meliputi Rhema

(lambang dan makna tanda dapat dikembangkan), Decisign (lambang dan

interpretan terdapat hubungan yang benar), Argument (lambang dan tanda

memiliki sifat umum).

Dalam Penelitian ini, peneliti berfokus pada salah satu dari Segitiga Tanda oleh

Charles Sanders Peirce Yaitu Objek. Yang mana objek adalah berdasarkan

Representamen meliputi Icon, Index, dan Symbol.


Metode penelitian : Dalam Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Denzin dan Lincoln (dalam Moleong, 2017) menyatakan bahwa yang dimaksud dengan pendekatan kualitatif adalah penelitian yang tidak didasarkan pada hitung-hitungan. Pendekatan ini denganmaksud menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan jalan melibatkan berbagai metode yang ada. Pada penelitian kualitatif, metode yang biasanya dimanfaatkan adalah penggunaan dokumen yang relevan. Penelitian ini bersifat

deskriptif dimana tujuan penelitian ini untuk menggambarkan sesuatu, seperti kondisi

maupun sebuah peristiwa (Arikunto, 2010). Penelitian ini menggunakan metode

semiotika model Peirce. Analisis tersebut untuk meneliti film “One Piece” arc

Alabasta/Arabasta Produksi Toei Animation yang ditampilkan melalui 50 episode

yang dipilih yaitu episode 93-143 berdurasi masing-masing 20 menit per episodenya

yang mengandung kearifan lokal Timur Tengah. Model Semiotika Peirce terkenal dengan segitiga makna yang terdiri dari tanda (sign), objek, dan interpretan. Peneliti berfokus pada salah satu dari Segitiga Tanda oleh

Charles Sanders Peirce Yaitu Objek. Yang mana objek adalah berdasarkan Representamen meliputi Icon, Index, dan Symbol. Data-data tersebut kemudian ditafsirkan dengan referensireferensi yang terkait dengan penelitian. Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah scene film “One Piece” arc Alabasta/Arabasta. Peneliti menggunakan teknik triangulasi metode, dengan melakukan pengecekan hasil penelitian yang telah didapat dengan teknik

pengumpulan data diantaranya studi pustaka serta dokumentasi, sehingga derajat

kepercayaan data dapat terverifikasi dengan baik.


Hasil temuan : One Piece merupakan sebuah film anime fiksi yang diproduksi oleh Toei Animation dan disutradarai oleh Eiichiro Oda. Dalam hal ini peneliti berfokus pada salah satu episode atau bisa juga disebut dengan Arc, lebih tepatnya Arc Alabasta episode 93-143.

Arc Alabasta dalam serial anime One Piece adalah salah satu arc cerita yang sangat

penting dan menarik. Arc ini dimulai setelah kelompok Topi Jerami, yang terdiri dari Monkey D. Luffy dan kru bajak lautnya, tiba di pulau Alabasta. Mereka bertemu dengan

Vivi, seorang putri dari Kerajaan Alabasta yang sedang berusaha menghentikan perang

yang sedang terjadi di kerajaannya. Arc Alabasta penuh dengan konflik politik, intrik,

dan pertempuran epik. Vivi mengungkapkan bahwa seorang pemberontak bernama

Crocodile sedang mencoba merebut tahta Alabasta dan menyebabkan kekeringan yang

mengancam kehidupan rakyatnya. Luffy dan kru Topi Jerami bersama-sama dengan Vivi

memutuskan untuk membantu melawan Crocodile dan menyelamatkan kerajaan.

Arc Alabasta dalam serial anime One Piece adalah salah satu arc yang dianggap sebagai

salah satu yang terbaik dalam cerita One Piece. Itu menawarkan cerita yang kompleks,

aksi yang seru, dan perkembangan karakter yang signifikan. Arc ini juga menunjukkan

tema-tema penting seperti persahabatan, keadilan, dan kekuatan untuk melawan

ketidakadilan. Arc Alabasta dalam serial One Piece memiliki beberapa elemen yang

terinspirasi oleh budaya dan tema Timur Tengah. Arc ini berlangsung di kerajaan fiksi

yang disebut Alabasta, yang memiliki banyak kesamaan dengan budaya dan lanskap

Timur Tengah.

Dalam Arc Alabasta di One Piece, peneliti mendapatkan bahwa ada beberapa

implementasi yang terinspirasi oleh Mesir Kuno. Berikut adalah beberapa contoh:

1) Desain Kota Alubarna: Kota Alubarna, ibu kota Alabasta, memiliki desain arsitektur

yang mirip dengan peradaban Mesir Kuno. Bangunan-bangunan besar yang

menyerupai piramida, seperti Istana Alubarna, digambarkan dengan detail yang mengingatkan pada struktur piramida Mesir.

2) Pasukan Raja Nefertari Cobra: Pasukan penjaga Alabasta yang dipimpin oleh Raja

Nefertari Cobra memiliki kostum dan senjata yang terinspirasi oleh pakaian dan senjata kuno Mesir. Mereka mengenakan jubah panjang dengan hiasan kepala mirip

dengan yang digunakan oleh prajurit Mesir Kuno.

3) Hiasan dan Simbolisme: Beberapa hiasan dan simbol dalam Arc Alabasta juga

mengandung elemen Mesir Kuno. Misalnya, simbol mata kucing yang digunakan

oleh anggota pasukan penjaga Alabasta mirip dengan simbol Mata Horus yang

penting dalam mitologi Mesir.

4) Istana dan Kuil: Istana Alubarna dan beberapa kuil di Alabasta menampilkan struktur dan ornamen yang menyerupai arsitektur kuil Mesir Kuno. Beberapa relief dinding dan patung yang terlihat juga memiliki gaya seni yang mengingatkan pada seni Mesir

Kuno. Pengimplementasian ini memberikan nuansa yang terinspirasi oleh Mesir Kuno dalam Arc Alabasta. Meskipun tidak terjadi penggambaran langsung dari sejarah Mesir atau peradaban tersebut, elemen-elemen ini menciptakan atmosfer dan estetika yang

mengingatkan pada budaya Mesir Kuno dalam dunia fiksi One Piece. Ada beberapa elemen lainnya yang menguatkan adanya cerminan pengaruh Timur Tengah dalam Arc Alabasta:

1) Desain Kota: Kota Alubarna, ibu kota Alabasta, memiliki arsitektur yang menyerupai

kota-kota Timur Tengah, dengan bangunan-bangunan berdinding batu, pasar yang

ramai, dan jalan-jalan sempit yang dipenuhi dengan kerumunan. 

2) Pakaian: Karakter-karakter dalam Arc Alabasta sering mengenakan pakaian yang

mirip dengan pakaian yang digunakan di Timur Tengah, seperti jubah panjang, ikat

pinggang, dan sorban di kepala.

3) Pasar dan Pedagang: Alabasta dikenal sebagai pusat perdagangan di dunia One Piece.

Pasar-pasar yang ramai dan pedagang yang berkeliling mirip dengan suasana pasar

tradisional di Timur Tengah.

4) Isu Politik dan Kekuasaan: Arc Alabasta menyoroti konflik politik dan perjuangan

kekuasaan dalam kerajaan yang terancam oleh pemberontakan. Tema ini mencerminkan situasi politik yang sering terjadi di beberapa negara di Timur Tengah. Dari beberapa elemen di atas, temuan yang didapatkan berdasarkan dari hasil pengamatan Peneliti menemukan fakta bahwa, film ini Arc Alabasta dalam anime One Piece tidak secara eksplisit mewakili atau menggambarkan Timur Tengah. Namun, ada beberapa elemen dalam arc tersebut yang dapat dihubungkan dengan beberapa aspek budaya atau masalah yang terkait dengan Timur Tengah. Misalnya, kerajaan Alabasta memiliki iklim gurun yang kering dan masalah kekeringan yang signifikan. Ini bisa dianggap sebagai analogi untuk daerah-daerah di Timur Tengah yang juga mengalami tantangan terkait air dan sumber daya alam. Selain itu, ada juga

tema politik dan perjuangan kekuasaan yang dapat dihubungkan dengan situasi politik

yang kompleks di beberapa negara Timur Tengah. Konflik antara pemberontak dan

penguasa, serta upaya untuk mempertahankan kedamaian dan keadilan, adalah tema yang

sering muncul dalam cerita Alabasta.

Namun, meskipun Arc Alabasta diilhami oleh Timur Tengah, perlu diingat bahwa dunia

One Piece adalah dunia fiksi yang kreatif dan sering kali mengambil inspirasi dari

berbagai budaya dan tempat di dunia nyata. Oleh karena itu, meskipun ada pengaruh

Timur Tengah dalam Arc Alabasta, cerita tersebut tetaplah fiksi dan memiliki alur cerita

yang unik dalam konteks cerita One Piece.


Kesimpulan : Melalui film anime“One Piece” masyarakat dapat mengetahui budaya Timur Tengah apa saja yang ditampilkan dalam film tersebut dari segi arsitektur bangunan, pakaian, kesenian dan kebiasaan masyarakatnya. Namun, Arc Alabasta dalam serial dan manga One Piece tidak terinspirasi secara langsung dari budaya Timur Tengah. Arc ini merupakan bagian dari cerita One Piece yang ditulis oleh Eiichiro Oda, dan cerita

tersebut terutama mengambil inspirasi dari berbagai elemen budaya, mitologi, dan

geografi dari seluruh dunia. Meskipun ada beberapa elemen dalam Arc Alabasta yang memiliki kesamaan dengan budaya Timur Tengah, seperti desain arsitektur kota yang mirip, pakaian karakter yang terinspirasi dari kostum Timur Tengah, dan sejumlah tema politik dan kekuasaan, penting untuk diingat bahwa inspirasi Oda dalam menciptakan dunia One Piece sangat beragam. Oda sering mengambil inspirasi dari berbagai budaya dan tempat di seluruh dunia, termasuk Asia, Amerika Latin, Eropa, dan lainnya. Dia menggabungkan elemen-elemen ini untuk menciptakan dunia yang unik dan imajinatif dalam One Piece. Oleh karena itu, meskipun ada beberapa persamaan dengan Timur Tengah, Arc Alabasta dalam One Piece bukanlah representasi langsung dari budaya Timur Tengah.


JURNAL 7


Judul : Analisis Semiotika dan Representasi Rasisme Dalam Serial Anime One Piece


Penulis : Ahmad Rifqi


Metode penelitian : Penelitian ini menggunakan Metode penelitian kualitatif, termasuk dokumentasi dan observasi, digunakan untuk mengumpulkan data dari film tersebut. Analisis berfokus pada tanda-tanda yang disampaikan melalui citra visual, simbol, dan elemen lain yang terkait dengan topik penelitian rasisme. Semiotika, khususnya analisis konotasi Barthes, mengeksplorasi 

sistem tanda di luar makna literalnya dan 

menggali makna konotatifnya. Kesimpulannya, penelitian ini menggali representasi rasisme dalam serial anime “One Piece” dengan menggunakan semiotika. Ini bertujuan untuk memahami bagaimana anime  dan media populer memengaruhi persepsi  dan pemahaman tentang rasisme, mendorong  analisis kritis terhadap pengaruh media pada masyarakat yang beragam.


Hasil dan pembahasan : Anime one Piece saatini sudah memiliki lebih dari 1000 episode yang dirilis setiap hari minggu sampai dengan sekarang. Maka dari itu peneliti memberikan batasan episode yang akan diteliti yaitu pada episode 500 sampai dengan 562 saja agar memudahkan peneliti. Dari hasil penelitian setelah menonton anime one piece secara seksama peneliti menemukan beberapa scene dari 8 episode yang ada yang sesuai dengan rumusan masalah penelitian. Sebagai indikator perilaku rasis dalam penelitian ini maka akan dibagi menjadi 3 kategori yang nantinya akan dicari dalam penelitian ini yaitu:

1. Prasangka rasial

2. Diskriminasi rasial

3. Kekerasan rasial

Proses interpretasi makna, dilakukan

akan melalui aspek sosial. Aspek sosial ini

akan menjelaskan adegan apa saja dalam film

ditinjau dari aspek sosial yang merepresentasikan adanya rasisme. Dari

aspek inilah akan dikaji secara denotatif dan

konotatif sehingga proses pemaknaannya akan

lebih mendalam dan didapat tema tentang

rasisme. Kemudian dilakukan analisis mitos

terhadap tema rasisme dalam scene tersebut.

Prasangka adalah evaluasi terhadap kelompok

atau individu Terutama berdasarkan

keanggotaan dalam kelompok atau individu

tersebut.


Kesimpulan : Dalam skripsi ini, telah dilakukan analisis semiotika terhadap representasi rasisme dalam film anime One Piece. Penelitian ini bertujuan untuk memahami bagaimana rasisme direpresentasikan dalam narasi dan visual dalam anime tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rasisme dalam One Piece direpresentasikan melalui beberapa elemen, seperti karakterisasi, dialog, dan simbol-simbol visual. Karakterisasi rasisme terlihat dalam penggambaran stereotipikal karakter-karakter non-belah keturunan dan penekanan pada perbedaan fisik mereka. Dialog juga digunakan untuk menyampaikan prasangka dan sentimen diskriminatif terhadap kelompok ras yang 

berbeda. Selain itu, simbol-simbol visual 

seperti warna kulit, pakaian, dan atribut fisik 

juga digunakan sebagai representasi rasisme 

dalam anime ini. Dalam konteks penelitian 

ini, kesimpulan yang dapat diambil adalah 

One Piece sebagai anime memiliki representasi rasisme yang cukup signifikan. Representasi ini dapat mempengaruhi persepsi dan pemahaman penonton terhadap rasisme dan dapat berkontribusi pada


JURNAL 8


Judul : An Analysis of The Metaphor’s Meanings in The Original Soundtrack of One Piece. 


Penulis : Putu Mas Darmawan


Metode : Penelitian ini, menggunakan metode 

simak, serta menggunakan teknik lanjutan yang berupa teknik catat. Dalam penelitian ini kata atau frase yang mengandung metafora

diidentifikasi makna metaforisnya, kemudian, 

dianalisis untuk mencari makna metaforanya. 

Adapun prosedur yang dilakukan dalam 

penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Menyimak dengan cermat penggunaan 

bahasa untuk memperoleh data mengenai 

metafora yang terkandung dalam lirik lagu

secara menyeluruh.

2. Mentranskripsikan lirik lagu pada lagu 

Jepang yang terkait dengan metafora ke 

dalam korpus data kemudian diterjemahkan 

untuk memudahkan analisis. Pendekatan semantik digunakan untuk mengidentifikasi metafora yang terdapat dalam  lirik lagu ost One Piece, kemudian menggunakan teori Knowless (2006) untuk menganalisis makna metafora yang terdapat dalam lirik lagu ost One Piece. Knowless  (2006) membedakan majas metafora menjadi dua jenis, yakni metafora kreatif dan konvensional. Metafora kreatif adalah metafora yang biasanya digunakan untuk mengungkapkan perasaan, ide atau pikiran tertentu, biasanya metafora ini digunakan dalam karya sastra atau iklan-iklan. Sementara metafora konvensional adalah metafora yang sering digunakan dalam 

kosa kata sehari-hari. Knowless (2006) juga 

memerinci tipe majas metafora ke dalam 

bentuk berikut ini. 

1. Personifikasi yaitu semacam gaya bahasa 

kiasan yang memperlakukan benda mati 

atau tidak memiliki nyawa seolah-olah 

mempunyai sifat seperti manusia.

2. Simile adalah perbandingan secara eksplisit 

antara sesuatu dengan yang lainnya. 

Perbandingan bersifat eskplisit ialah 

ungkapan yang secara langsung menyatakan 

sesuatu sama dengan hal yang lain. Oleh 

karena itu simile menggunakan kata: seperti, 

layaknya, bagaikan, laksana, umpama, 

serupa, dan lain-lain.

3. Metonimi adalah metafora yang 

mengasosiasikan suatu bagian untuk 

mewakili keseluruhannya. Misalkan nama 

pencipta digunakan untuk menggantikan hasil 

karyanya.

4. Sinestesia yaitu perumpamaan yang 

didasarkan pada penglihatan, pendengaran 

(bunyi), sentuhan, dan rasa. Untuk menentukan makna metafora menggunakan 3 elemen analisis metafora yaitu vehicle, topic, and ground. Vehicle adalah kata atau frase yang memiliki makna metaforis. Topic/ tenor adalah makna metaforis yang dimaksudkan pencipta, bukan makna harfiah. Grounds adalah hubungan antara makna harfiah dengan makna metaforis. Melalui grounds dapat diketahui makna apa yang ingin  disampaikan dan prototipe seperti apa yang ingin dialihkan ke topic/tenor, terkait dengan makna harfiah dari vehicle atau metaforanya. Setelah analisis maka akan disimpulkan dengan deskripsi penggunaan metafora dalam lirik lagu.


Hasil pembahasan : Berdasarkan hasil penelitian metafora pada 10 lirik lagu dalam ost One Piece telah ditemukan 28 data metafora. Dari data tersebut, ditemukan 4 jenis metafora yang digunakan dalam lirik lagu. Data penelitian ini dianalisis secara semantik agar dapat mengindentifikasi lirik lagu yang menggunakan metafora. Kemudian untuk menganalisis makna metafora, menggunakan 3 elemen berdasarkan teori Knowless (2006) yaitu vehicle, topic dan ground. Vehicle adalah metafora yang terdapat dalam kata atau kalimat, topic untuk memperjelas makna, sedangkan ground adalah mencari koneksi antara metafora dengan makna yang sebenarnya. Setelah itu mengklasifikasikan metafora menjadi 4 jenis yaitu, personifikasi, simile, metonimi, dan sinestesia. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa dari 28 data metafora, ditemukan 5 data Personifikasi, 10 data Simile, 10 data Metonimi, dan 3 data Sinestesia. Adapun rincian metafora yang ditemukan pada 10 lirik lagu dalam ost One Piece sebagai berikut.

Lirik : 僕らのキラメキは沈まない太

Bokura no kirameki wa

shizumanai taiyou

Kilauan kita adalah matahari

yang tak akan terbenam

Vehicle : le “shizumanai taiyou”

(matahari yang tak akan

terbenam)

Topic : Abadi, tidak ada akhir

Grounds : Matahari direpresentasikan 

sebagai sumber kehidupan atau 

dalam seri anime One Piece 

digambarkan sebagai harapan, 

Maknanya adalah kilauan yang 

abadi bagaikan matahari yang tak 

akan tebenam.


Kesimpulan dan saran : Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan terkait makna metaforis dalam lirik lagu ost One Piece, dapat disimpulkan bahwa terdapat 4 jenis metafora yang digunakan dalam lirik lagu. Keempat metafora tersebut antara lain, Personifikasi, Simile, Metonimi, dan Sinestesia. Dapat diketahui bahwa dalam lirik lagu ost One Piece dibuat secara kreatif disesuaikan  dengan seri anime-nya. Metafora personifikasi yang digunakan dalam lagu-lagu tersebut digambarkan sebuah benda mati atau benda yang tidak konret seperti mempunyai sifat seperti manusia seperti bunga yang melukis tujuh warna, dan semangat yang berlari untuk menambah kesan dramatis dalam lirik lagu. Kemudian adapun penggunaan metafora simile yang digunakan pada kalimat yang

membandingkan benda secara eksplisit

menggunakan kata seperti: bagai, seperti, bak

dan sebagainya atau dalam bahasa Jepang

menggunakan bentuk pengandaian seperti: ~

のような dan ように. Contoh kalimatnya:

seperti burung yang mencari hari esok, atau

pembanding langsung seperti kompas asin, hati yang putih. Pada data metonimi metaforanya mengasosiasikan keseluruhan dari suatu bagian atau sebaliknya. Contohnya seperti kata”ujung masa depan” diasosiasikan sebagai “ekor”. Selanjutnya penggunaan metafora sinestesia dalam lirik lagu menggunakan panca indera sebagai kata kiasannya seperti, kehangatan dan kegelapan yang mewakili indera pengelihatan dan rasa sentuhan manusia. Penggunaan metafora dalam lirik lagu One Piece bertujuan agar pendengar merasa lebih memahami keseruan dan tantangan sebuah petualangan, melalui lagu pendengar juga bisa lebih menggambarkan petualangan menggunakan metafora pada lirik lagu. Adapun saran terkait penelitian tentang makna metaforis dalam lirik lagu ost One Piece sebagai berikut. Untuk pembelajar bahasa Jepang yang tertarik belajar bahasa Jepang melalui lagu atau lirik lagu, diharapkan mampu memahami jenis dan teknik analisis metafora dalam lirik lagu dengan baik dan benar. Kemudian untuk peneliti selanjutnya yang memiliki topik penelitian sejenis, diharapkan untuk dapat mengembangkan penelitian ini dengan tema yang berbeda dan lingkup yang lebih luas. Seperti metafora yang menggunakan idiom dalam lirik lagu. Hal ini dikarenakan dalam proses penelitian metafora ini ditemukan

beberapa data yang menggunakan idiom dalam bahasa Jepang.


JURNAL 9


Judul : Representasi Persahabatan dalam Anime One Piece Episode of Merry


Penulis : Hansen Liu, Septia Winduwati


Metode penelitian

Saat melakukan penelitian, penulis memerlukan pendekatan yang sesuai 

dengan kajian penelitian yang diajukan. Pendekatan penelitian yang dipilih adalah 

pendekatan penelitian kualitatif, pendekatan ini dilakukan agar hasil penelitian yang 

dilakukan penulis dapat sesuai dengan kebenaran serta diakui keabsahannya. Metode

atau Teknik penelitian pada asal mulanya merupakan cara ilmiah untuk menangkap

data dengan tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono, 2017).

Penulis menerapkan metode analisis semiotika Charles Sander Pierce. Menurut 

Deddy (2015), Charles Sanders Peirce merupakan tokoh yang dikenal dengan triadic 

dan konsep trikotominya yang terdiri atas berikut ini:

a) Representamen; wujud yang disetujui oleh tanda atau berfungsi sebagai tanda

(tokoh Saussure menyebutnya signifier). Representamen kadang disebut juga 

menjadi sign.

b) Interpretant; bukan penafsir tanda, tetapi lebih merujuk pada makna dari tanda.

c) Object; sesuatu yang merujuk pada tanda. Sesuatu yang diwakili oleh 

representamen yang berhubungan dengan acuan. Object dapat berbentuk

representasi mental (sesuatu dalam pikiran), dapat juga berbentuk sesuatu yang 

nyata di luar tanda (Peirce, 1931 & Silverman, 1983, dalam Chandler).


Pembahasan :

Dalam teori komunikasi massa berdasarkan Bittner merupakan pesan yang 

dibicarakan melalui media massa pada kumpulan banyak orang (mass communication 

is messages communicated through a mass medium to a large number of people). Dari

pengertian tersebut dapat dikenali kalau komunikasi massa itu harus memakai media 

massa (Elvinaro, Ardianto & Siti, 2014)

Salah satu contoh media massa adalah film, film One Piece Episode of Merry

ini mengandung topik cerita berupa fiktif, dipertunjukkan untuk khalayak umum 

melalui televisi, aplikasi dan website.

Film One Piece Episode of Merry menggambarkan bagaimana kisah 

persahabatan di antara kru topi jerami berlangsung saat diterjang masalah. Kru topi 

jerami di film ini beranggotakan 7 orang yang terdiri dari Luffy sebagai Kapten, Zoro 

sebagai Wakil kapten, Nami sebagai navigator, Usopp sebagai Penembak jitu, Sanji 

sebagai koki kapal, Chopper sebagai dokter, dan terakhir Robin sebagai arkeolog.

Masing-masing orang di kru topi jerami memiliki peran yang berbeda-beda 

tetapi tetap kompak mengarungi lautan, hal ini menunjukkan adanya nilai 

keberagaman dan kebersamaan di hubungan kru topi jerami ini.

Persahabatan di film One Piece Episode of Merry ini ditunjukkan melalui 

Tindakan-tindakan Luffy dan krunya menghadapi masalah yang menghambat mereka 

untuk mengarungi lautan. Seperti saat kapal kesayangan mereka Merry Go yang sudah 

di anggap seperti sahabat sendiri mengalami kerusakan dan saat mau diperbaiki tukang 

kayu kapal mengatakan kalau kapal Merry sudah tidak bisa diperbaiki walaupun 

dibayar berapa pun. 

Luffy sebagai pemimpin dan perwakilan kru topi jerami menyangkal perkataan 

tersebut pada awalnya karena tidak terima kenyataan kapal kesayangan atau 

sahabatnya benar-benar dalam kondisi kritis atau tidak terselamatkan lagi dan merasa 

kalau mereka hanya berbicara omong kosong. Dari hal ini bisa dilihat kalau kru topi jerami tidak hanya berteman dengan makhluk hidup tetapi berteman juga dengan

benda mati.

Ketika salah satu rekan mereka Usopp ditangkap dan disiksa oleh geng Franky

Family, Luffy dan sisa krunya tidak tinggal diam tetapi segera membalaskan dendam

atau membalaskan perbuatan mereka dengan penuh tenaga hingga markas mereka

hancur dan geng Franky Family luka parah. Hal ini menggambarkan jiwa solidaritas

yang kuat yaitu ketika salah satu sahabatnya terluka oleh seseorang maka sudah

sewajibnya sahabat lainnya membalaskan perbuatan orang tersebut.

Sifat solidaritas mereka juga diperlihatkan saat Robin ditangkap pemerintah

karena merupakan keturunan arkeologi berbahaya bagi pemerintah, Luffy dan kru topi

jerami tidak tinggal diam melainkan segera menghentikan proses penangkapan

tersebut dengan pengorbanan darah dan tenaga hingga akhirnya Robin pun berhasil

diselamatkan dari pihak pemerintah dan kembali di kru topi jerami.

Sifat solidaritas yang ditampilkan bukan hanya untuk makhluk hidup saja

tetapi benda mati juga seperti di saat scene kapal Merry sudah benar-benar kondisi

rusak parah dan satu-satu pilihan yang bisa ditempuh adalah merelakannya pergi.

Luffy dan kru topi jerami akhirnya menerima keputusan ini dan merelakannya pergi

sambil mengucapkan permintaan maafnya dengan tangis.

Semiotika dan komunikasi massa tidak dapat dijauhkan karena saling

berhubungan satu sama lain. Dengan menerapkan semiotika di pembelajaran media

massa kita sanggup menanyakan variasi pertanyaan seperti Mengapa atau apa yang

sebenarnya menjadi penyebab, peninjauan, latar belakang dan maksud media tersebut

memilih langkah tersebut.

"Tanda" dan "makna" merupakan kata esensial yang mengaitkan antara

semiotika dan komunikasi. Komunikasi memiliki unsur pesan yang berwujud tanda-

tanda. Dan tanda-tanda ini memiliki struktur tertentu yang didorong oleh keadaan

sosiologi ataupun budaya di tempat komunikasi itu. Oleh karena itu untuk mendalami

bagaimana struktur pesan atau makna di balik pesan-pesan komunikasi diperlukan

studi semiotika agar dapat mengerti tanda dan makna tersebut (Indiwan, 2013).


Kesimpulan :

Berdasarkan analisis semiotika One Piece Episode of Merry yang penulis teliti,

maka penulis mendapatkan kesimpulan anime One Piece Episode of Merry mencoba

menggambarkan bagaimana persahabatan itu sebenarnya, yakni mau menerima

kekurangan satu sama lain, menyayangi dan peduli terhadap satu sama lain,

mendukung ketika sedang susah atau masa terpuruk satu sama lain dan rela

mengorbankan nyawa demi kepentingan bersama.


JURNAL 10


Judul : The Elements of Visual Art Forms in One Piece Cartoons


Penulis : Rifqi Nazih, I Putu Arya Janottama, Gede Lingga Ananta Kusuma Putra


Methods

Research on elements of visual art forms in one-piece cartoons was completed based 

on qualitative methods from an animation aesthetic perspective. Qualitative methods are 

relevant methods for analyzing and searching for visual data (Haenssgen, 2019). 

Qualitatively, primary data can be collected through observation (Moon, 2019). Primary data 

for this research was obtained through observation of the one piece film. Secondary data from 

this research was obtained based on a literature study process about one piece cartoons. All 

the data has been analyzed qualitatively using structural-functional theory and symbol theory. 

The visual art elements in the one piece cartoon film are described based on symbol theory 

and elaborated using structural functional theory.


Discussion

The stunning performance of attractions cannot be separated from form elements 

(Pradana, 2019; Leong, 2023). Elements of the visual art form in one-piece cartoons can 

consist of cinematic elements. Cinematic elements in one-piece cartoon films include 

background, lighting, cartoon fantasy movements, camera angles and composition. The 

setting of the place and time of events in relation to the movements of the characters and the 

period in the story are made clear cinematically through the background. The types of lighting 

used to adjust the image brightness level are top light type, side light type, front light type and 

bottom light type. Several graphic forms of cartoon images are able to move in level two 

dimensions (2D) with the help of visual art movement techniques such as squash and stretch, 

anticipation, staging, straight-ahead action and posing to pose, follow through and overlaying 

action, slow in and slow out, solid drawing and appeal. A movement element is a part that 

determines the suitability of movement power based on the construction design (Pradana, 

2022a; Ying et al., 2021). The aesthetic level of cartoon image movement also appears to 

have been constructed based on camera angle techniques such as high angle, low angle, level 

angle, close-up, and extreme-close-up to show the events experienced by the one-piece 

cartoon characters in accordance with the one piece story structure. The cinematic power for aesthetic and attractive two-dimensional performance of one piece cartoons can be seen to be

based on the good composition of one-piece cartoon image elements.

Elements of the visual art form in one-piece cartoons also consist of narrative

elements. Narrative elements can be a source of information about the symptoms of events for

the characters (Pradana, 2012; Pradana, 2018; Pradana and Ruastiti, 2022; Krieken, 2022). A

narrative at least contains elements of theme, story compilation, story structure, character

traits and solutions. Theme refers to the orientation of the main idea in the title of the story or

the idea that underlies a story construction, a limit of ideas, and the range of movement for

each action figure in acting out a story scene in a work of art in the one piece cartoon film

series. The story is narrative and contains messages and information to show the events

experienced by the action figures in the one piece cartoon. One piece cartoon films use

fictional stories that are not real or were purely created by the creator. Cartoon story structure

refers to the sequence of events in a one-piece cartoon story. A character's action figure is a

personal character, a figure's identity, the most stable representation of the figure's traits, and

character traits that have functional value to explain scenes in the story structure. The

narrative aspects of one piece appear to make up for the shortcomings of the cartoon

cinematic elements of one piece films. The perfect unity of narrative elements and cinematic

elements as a one piece cartoon film has an impact on various benefits from the production of

this film after it became one of the favorite films in Japan and Indonesia.

In the one piece cartoon, the main character is Monkey D. Luffy. The main character

is sanguine and brave. In contrast to Roronoa Zoro's strength is constructed based on his

agility and skill in using three samurai swords at once. Rorona Zoro has a choleric character

and is a brave character. Among the members of the straw hat pirates, Nami is the smartest

figure in making navigation maps for sea travel in the straw hat pirate group. She is known as

a choleric and smart character who fought to become a member of the straw hat pirate group.

Dewa Usopp also has a smart character. Apart from being smart, Usopp is a character who

has a phlegmatic and timid character. Dewa Usopp is known as a member of the straw hat

pirates, who is the best lyer, the best at making traps, and the best at controlling the growth of

a plant called pop green. Different from Sanji, who likes to cook. Sanji is the pirate member

who is the best at cooking, and he is a chef in the straw hat pirate group. Circular eyebrows

have a melancholic, bold and flirtatious character. In the straw hat pirate group, Tony Chopper

is known as a small stag who has a sanguine, brave and friendly character. After getting a

devil fruit called hito-hito, Tony Chopper can transform into several monsters. Turning into a

monster is something Robin can't do. As an archaeologist, Nico Robin is known to be the most

clever of the group of straw hat pirates in fundamental research, especially carrying out

underground treasure excavations. As an action figure, this pirate has a mysterious character.

Franky also has a mysterious character in the straw-hat pirate group. Cyborg is the most

genius pirate in making and repairing ships and robots in the straw hat pirate group. Brook

cannot carry out the activities of making and repairing ships. Brook is the member who is the most skilled at fighting and entertaining by using the violin in the straw hat pirate group. He is a pirate with a melancholic character. Meanwhile, Jinbe is a pirate character who does not have a melancholic character. He is a pirate, who has a phlagmatic character, is wise and is a loyalis friend in the straw hat pirate group. Jinbei is a member of the straw hat pirates who drives their ship.


Conclusion :

Reviewing the analysis of research results on visual art form elements in the one piece

cartoon, it can be concluded that the one piece cartoon has a film visual art form

consisting of cinematic elements and narrative elements. Cinematic elements in one-piece

cartoons are in the form of visual art movements in the cartoon, the appearance of the

cartoon character's style and a combination of lighting, background, compositing and

camera angle effects. Meanwhile, the narrative elements in one-piece cartoons in the form

of stories are formed based on cartoon themes, cartoon stories, cartoon story structures

and character variants of cartoon characters. The unity of cinematic elements and

narrative elements in one piece performance has had an impact on the form of

appreciation for this cartoon.


JURNAL 11


Judul : AN ANALYSIS OF PHILOSOPICAL VALUES OF STOICISM AND IKIGAI AS REFLECTED IN ONE PIECE ANIME


Penulis : Adryo Alfinandus Sagala, Orestis Soidi, Sandra Rakian


Research method :

The method used in this research is a

qualitative descriptive method which is a

research that aims to understand the

meaning and human interpretation of the

object or phenomenon under study.

According to Sugiyono (2005) qualitative

research methods are research used to

examine the conditions of natural objects,

where the researcher is the key instrument.

This research is conducted in a way that

involves collecting and analyzing in-depth

data.

This research uses anime One Piece as

the main data sources. Specifically, the

data comes from the dialogue and action

shown by two important characters in One

Piece: Monkey D. Luffy and Roronoa

Zoro. The data collection technique used

by researchers is note-taking technique.

Note taking in this study is the process in

which the researchers watch the anime

One Piece several times and take notes on

the dialogues and action showing the

philosophical values of stoicism and Ikigai.

The purpose of note-taking is to identify patterns, themes, messages, or certain

characteristics in the material.

The data analysis technique used is a

data analysis technique where content

analysis is a method used to analyze and

interpret non-numerical data, such as

written text, images, audio, or visuals. The

main purpose is to identify patterns,

themes, concepts, or meanings that appear

in the material. In this data analysis

technique, researchers use visual anime as

a means of research. the content analysis

method used is the Qualitative Content

Analysis method. This method includes the

process of identification, classification,

and interpretation of the unit of analysis

(for example, pieces of text or images). It

focuses more on an in-depth understanding

of meaning and context compared to

statistical quantitative analysis. According

to Krippendorff (2004), content analysis is

a systematic approach to identifying

meaning in text or other data, with the aim

of describing the elements of

communication and inference about the

meaning intended by the author. 


Finding and discussion

Character Building Values according to

Stoicism Philosophy

Seneca (2013) explains the character-

building values in the philosophy of

Stoicism as follows:

1. Control of Emotions and Self. Seneca

taught the importance of controlling

emotions and desires. He argued that

uncontrolled emotions can destroy

happiness and inner peace. Stoicism

teaches to temper negative emotions

such as anger, jealousy, and worry, and

develop wisdom in responding to

events.

2. Acceptance of Fate. Seneca's

philosophy of Stoicism emphasizes the

importance of accepting fate gracefully.

He taught that many aspects of our

lives are beyond our control, but we

can control how we respond to them.

By accepting our fate and overcoming obstacles with serenity, we can achieve 

inner peace.

3. Simple Life. Seneca emphasized the 

importance of living simply and not 

being attached to material possessions. 

He argued that the pursuit of material 

enjoyment can interfere with true 

happiness. Instead, focusing on virtue 

and spiritual growth is more important 

than possessions.

4. Learning from Experience. Seneca's 

philosophy of Stoicism encourages 

individuals to learn from life 

experiences, both pleasant and bitter. 

He argued that challenges and 

suffering can be valuable teachers, 

helping us grow as better human 

beings.

5. Introspection and Reflection. Seneca 

taught the importance of reflecting on 

our actions and thoughts. With honest 

introspection, we can identify 

weaknesses and mistakes, and improve 

ourselves.

In conclusion, the philosophy of Stoicism 

teaches us how to create a life filled with 

real happiness by avoiding stressful and 

overwhelming thoughts, and focusing on 

what we can control rather than what is 

beyond our control.

The concept of Stoicism Philosophy

in One Piece

The concept of Stoicism Philosophy

that helps Monkey D. Luffy and Roronoa

Zoro in shaping their characters into

characters who can control their emotions,

show calmness in dealing with difficult

situations and rarely express their fears and

try to remain calm in battle. The concept

of Stoicism Philosophy which helped

Monkey D. Luffy and Roronoa Zoro to be

able to accept what happened in their lives

and accept their fate. Although they have a

past full of suffering, they still strive to achieve their goals without being too

affected by their past. The concept of

Stoicism that helps Monkey D.Luffy and

Roronoa Zoro in controlling their desires:

Stoicism teaches the importance of

controlling desires. Although they are a lot

of seafarers who are badly labeled by

society for their cruelty especially in the

desire to kill, they do not show that desire.

The concept of Ikigai in One Piece

The concept of Ikigai Philosophy in

helping Monkey D.Luffy and Roronoa

Zoro find their purpose in life: Luffy and

Zoro are good examples of characters who

have strong Ikigai. Luffy has the Purpose

of becoming the Pirate King and founding

One Piece to honor the determination of

his late strongest and most feared pirate

King in the entire world, Gol D. Roger.

While Zoro has a strong goal to become

the strongest warrior. The concept of

Ikigai Philosophy helps Monkey D.Luffy

and Roronoa Zoro to be enthusiastic in

achieving their ambitions in their actions,

pursuing and achieving their ambitions

with great enthusiasm. They have helped

many people in particular to motivate their

crew to take action with great passion with

great enthusiasm and motivation. Ikigai's

philosophical values helped Monkey D.

Luffy and Roronoa Zoro in achieving

happiness. The concept of Ikigai also

includes finding happiness in the meaning

of life. In addition to their youth, many

characters in "One Piece" realize that the

pirate life is high-risk, but they continue to

fight passionately because their life goals

give meaning to their lives.


Conclusion

There are several conclusions obtained

in this research, namely in the

Philosophical Values of Stosism and Ikigai

Philosophy in the formation of fictional

characters, the characters Monkey D.

Luffy and Roronoa Zoro have the same

picture in shaping their characters. Luffy

has a big goal in becoming the Pirate King

and finding the One Piece treasure. He is

very enthusiastic and passionate in achieving his goal. Luffy's goal is also

reflected in his enthusiasm in exploring the

world and adventuring with his friends

with a strong goal, Luffy continues to fight

and never gives up in achieving his goal.

While Zoro Overall, the character of

Roronoa Zoro in the One Piece anime also

illustrates the character building values in

the Stoicism Philosophy and the Ikigai

Philosophy very well. He has clear goals,

ambitions and passion, as well as traits

such as courage and selflessness that are

very important in shaping his character

into a strong warrior.


JURNAL 12 


Judul : FRAMING KEPEMIMPINAN KARAKTER MONKEY D. LUFFY DALAM ANIME ONE PIECE ARC EAST BLUE ARLONG PARK


Penulis : Sayid Salim, Hasrullah, Mursalim


Metode penelitian

Objek yang ada dalam penelitian ini adalah One Piece dengan fokus pada Arc East Blue Arlong park 

di mana Arc adalah pengelompokan beberapa episode dengan fokus cerita yang sama. Arlong Park berada 

pada episode 31 hingga 45 dengan total 15 episode. Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif, yakni 

suatu teknik yang menggambarkan dan menginterpretasikan arti data-data yang telah terkumpul dengan 

memberikan perhatian dan merekam sebanyak mungkin aspek situasi yang diteliti pada saat itu, sehingga 

memperoleh gambaran secara umum dan menyeluruh tentang keadaan sebenarnya (Kriyantono, 2014). 

Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan model analisis framing dari Gamson dan Modigliani, 

Rumusan atau model Gamson dan Modigliani didasarkan pada pendekatan konstruksionis yang melihat 

representasi media berita dan artikel, terdiri atas package interpretatif yang mengandung konstruksi makna 

tertentu. Sedangkan aspek dari analisis ini mengandung dua struktur, yaitu framing device dan reasoning 

device (Sobur dalam Imawan, 2018). 


Hasil dan pembahasan

Dalam penelitian ini terdapat beberapa tokoh namun berfokus pada karakter utama yakni Monkey D.

Luffy dalam cerita yang berfokus pada Arc East Blue khususnya Arlong Park. Premis yang coba dibangun dalam cerita ini adalah keinginan Luffy untuk membantu teman bajak lautnya yang sedang menghadapi

masalah di kampung halamannya yakni Desa Kokoyashi. Luffy yang merasa bertanggung jawab sebagai

kaptennya ingin membantu Nami dan membebaskan kampung halamannya dari tirani musuh bernama

Arlong yang merupakan antagonis dari cerita ini.

Peneliti telah menemukan beberapa temuan yang akan dikaji dalam penelitian ini, berfokus pada

bagaimana kepemimpinan Monkey D. Luffy saat menghadapi masalah. Dalam penelitian ini menggunakan

teknik analisis framing model Gamson dan Modigliani untuk melihat kepemimpian dari karakter utama

tersebut. Temuan yang ditemukan merupakan scene-scene yang mewakili bagaimana kepemimpinan

Monkey D. Luffy menggunakan aspek-aspek framing model Gamson dan Modigliani. Yakni, aspek Frame

Central Idea, Framing Device yang di dalamnya terdapat; methapors, catchphrases, exemplar, depiction,

dan visual image. Selanjutnya adalah Reasoning Device yang di dalamnya terdapat; roots, appeals to

principles, dan consequenses.

Peneliti telah mengobservasi dengan menonton Anime One Piece Arc East Blue khususnya pada cerita

Arlong Park yang berada pada episode 31 hingga 45 dengan total 15 episode. Hal yang menarik dari premis

pada cerita ini adalah bagaimana Monkey D. Luffy tetap bersikeras untuk menolong temannya walaupun

temannya tidak ingin ditolong dan tidak mengindahkan apa yang coba dilakukan Monkey D. Luffy, namun

sifat unik dari dirinya yang hanya ingin melakukan apapun yang Ia inginkan menjadikan dirinya ingin tetap

menolong, namun dibalik itu hal ini adalah bentuk kepedulian Monkey D. Luffy kepada teman-teman bajak

lautnya dan juga kewajiban sebagai kapten untuk mengambil sikap atas masalah yang menimpa rekannya. Gamson dan Modiglani menawarkan perangkat framing dalam membedah wacana yang coba

dibangun, Framing device adalah ide sentral yang ada pada sebuah wacana, dalam temuan penelitian terlihat

pada methapors bahwa Monkey D. Luffy sebagai kapten menyadari banyak kekurangannya dalam upaya

mengatakan bahwa dirinya tanpa teman-temannya bukanlah apa-apa, maka dari itu baginya pertemanan

adalah segalanya. Pada aspek selanjutnya karakter utama ini ingin mengatakan dengan tegas bahwa orang

yang Ia tolong adalah rekannya dengan berteriak bahwa Ia adalah Nakama (rekan seperjuangan). Dalam

cerita ini juga memperlihatkan hal yang menarik pada aspek exemplar, di mana orang lain menyadari bahwa

Monkey D. Luffy menjadi seorang kapten adalah sesuatu yang tidak biasa. Di mana Ia ditokohkan sebagai

karakter yang bodoh dan suka berbuat sesuatu seenaknya, maka dari itu orang-orang meragunaknya sebagai

kapten, dan inilah salah satu nilai jual yang coba diberikan oleh Eiichiro Oda sebagai penulis cerita One

Piece. Walaupun ditokohkan sebagai orang yang bodoh dan suka berbuat seenaknya, Monkey D. Luffy

adalah orang yang sangat peduli dengan orang sekitarnya tidak terkecuali dengan rekan-rekan bajak lautnya.

Monkey D. Luffy berani untuk mempertaruhkan nyawanya untuk membantu rekan yang menghadapi

masalah, ini adalah bukti bahwa sebagai kapten Ia tidak akan ragu untuk mengambil sikap. Pada Reasoning

Device bahwa premis yang coba dibangun adalah mengahidirkan antagonis yang punya kepemimpinan

otoriter dan ini yang menjadi sebab yang membuat Monkey D. Luffy mengambil Tindakan membantu

rekannya. Sebagai kapten ini adalah tanggung jawab moral dan mengambil sikap atas apa yang terjadi,

walaupun menerima penolakan dalam upaya untuk membantu Ia orang lain, Monkey D. Luffy punya

kompas moral tersendiri untuk bertindak. Inilah yang membuatnya suka berbuat sesuatu seenaknya. Apa

yang dianggapnya benar akan dilakukan tanpa memikirkan apa yang orang lain katakan.


Kesimpulan

One Piece tidak hanya menawarkan cerita yang menarik untuk dinikmati. Namun dibalik itu ada bingkai

yang coba dibangun oleh Eiichiro Oda sebagai penulis cerita. Kepemimpinan Monkey D. Luffy adalah salah

satu yang bisa terlihat lewat penelitian ini. Monkey D. Luffy ditokohkan sebagai orang bodoh dan suka

berbuat seenaknya walaupun Ia adalah seorang kapten. Punya kompas moral tersendiri membuat Ia

bertnidak tanpa pikir panjang dan tidak mendengar pendapat orang lain. Namun dibalik itu Monkey D.

Luffy sangat peduli dengan rekan-rekannya yang disebut dalam Anime ini sebagai Nakama atau teman

seperjuangan. Melalui cerita yang coba dibangun pula terlihat bahwa dalam memimpin Luffy dengan

ketidakpeduliannya pada perkataan orang lain sangat mengedepankan kepercayaan. Di mana masalah yang

rekannya hadapi akan mereka cari jalan keluarnya bersama. Bodoh, tidak peduli perkataan orang lain, suka

berbuat sesukanya, dan peduli kepada orang lain merupakan akumulasi uniknya Monkey D. Luffy sebagai

kapten dan karakter utama, seleksi isu ini adalah aspek-aspek yang coba ditonjolkan Eiichiro Oda dalam

cerita One Piece khususnya pada Arc East blue Arlong Park. 


JURNAL 13 


Judul : REPRESENTASI KEKERASAN ANAK DALAM SERIAL ANIMASI ONE PIECE


Penulis : Achsan Gibran Elang Perkasa; Vinisa Nurul Aisyah


Teori

Teori Terkait, teori Semiotika Roland Barthes

Semiotika merupakan ilmu yang mendalami mengenai tanda (sign), bagaimana cara 

fungsi tanda, dan kemudian makna diproduksi. Menurut Sobur dalam (Weisarkurnai, 

2017) dilihat dari sisi komunikasi, semiotika adalah proses penandaan suatu makna yaitu 

bagaimana tanda mewakili objek, ide, situasi, dan sebagainya yang berada diluar diri 

individu. Pesan, media, budaya dan masyarakat merupakan topik-topik yang 

menggunakan semiotika.

Fokus dalam penelitian ini ialah meneliti makna yang menggambarkan tentang 

kekerasan terhadap anak menggunakan system pemaknaan awal yang dinamakan 

denotasi dan kemudian dilanjutkan dengan system kedua yaitu konotasi. level of meaning 

atau level of representation yang sering kali digunakan dalam penggambaran dari 

denotasi dan konotasi. Orders of signification merupakan istilah yang digunakan Roland 

Barthes untuk membedakan denotasi dan konotasi merujuk pada apa yang dikemukakan 

oleh Louis Hjelmslev dalam buku yang ditulis Roland Barthes yang berjudul Elements of 

Semiology tahun 1964 (Linguistics & Code, 1968) .

Denotasi, konotasi dan mitos merupakan tiga tahapan pembentuk dari Analisis 

Semiotika Roland Barthes yang dimana sebuah karya dapat diketahui maknanya dengan 

cara menganalisis sebuah tanda di dalamnya. Dalam (Pratiwi, 2018)di jelaskan bahwa 

teori semiotika Roland Barthes terdapat tiga tahapan berupa denotasi yang merupakan 

makna awal dari sebuah tanda yang terlihat. hubungan signifier dan signified dalam tanda 

dan realitas dijelaskan dalam tahapan awal ini. Tanda yang diyakini oleh akal sehat dan 

makna sebenarnya merupakan arti dari denotasi tersebut, Konotasi Konotasi disini berperan sebagai sesuatu yang menjelaskan Ketika tanda berinteraksi dengan emosi

dilihat dari nilai kebudayaan, ideologi dan penggunanya.

Denotasi adalah yang kita lihat dalam suatu karya dan konotasi sendiri merupakan

proses pembuatan karya tersebut, sesuai apa yang dijelaskan Roland Barthes dan yang

terakhir Mitos, seperti yang diungkapkan oleh Roland Barthes mitos merupakan cara

kerja konotasi dan denotasi yang dimana berbentuk kata – kata yang menunjukkan sikap

ketidakpercayaan penggunanya. Mitos ini merupakan penggambaran realitas dalam suatu

kebudayaan yang ada melalui kata.

Teori kekerasan

Selain menggunakan teori semiotika, penelitian ini juga menggunakan teori kekerasan.

Kekerasan terbagi menjadi beberapa, yakni Kekerasan Fisik (Physical Abuse) Kekerasan

fisik merupakan kekerasan dengan kontak fisik yang dilakukan secara sengaja terhadap

anak yang dapat mengakibatkan luka, cacat fisik hingga kematian. Kekerasan Seksual

(Sexual Abuse) merupakan kekerasan yang berhubungan dengan pelecehan dan hal-hal

yang mengarah seksual. Kekerasan Psikologis (Psychological Abuse) Perlakuan orang

tua atau pengasuh yang menyerang dan menjatuhkan mental psikologis anak. Kemudian

yang terakhir adalah penelantaran anak (Child Neglect), (Leeb et al., 2008)

(Al Adawiah, 2015) menyatakan anak memaklumi seakan mendapat legalitas atas

apa yang dilakukan orang tua, yaitu kekerasan dengan alasan untuk mendidik. Hasil

Konsultasi Anak tentang Kekerasan terhadap Anak di 18 Provinsi dan Nasional

mengemukakan anak-anak cenderung yang membenarkan perlakuan tersebut pantas

mereka dapatkan. Anak-anak dampingan Yayasan Sahabat Anak juga mendapat

kekerasan dan mereka menerimanya sebagai hukuman dikarenakan mereka tidak

menuruti orang tua atau melakukan kesalahan.


Metode

Penelitian ini menggunakan deskriptif kualitatif dimana peneliti mendeskripsikan subjek

secara sistematis, dan akurat sesuai dengan fakta yang ada dengan cara mengumpulkan

data dalam bentuk kata-kata baik lisan maupun tulisan, isyarat, pengalaman dan juga

perilaku (Hikmat, 2014). Penelitian kualitatif adalah sebuah penelitian yang tidak

meggunakan model tematik dan statistik dan biasanya diaplikasikan dalam kondisi objek

alamiah. (Soegiyono, 2011)

Dalam penelitian ini menggunakan paradigma kritis, paradigma kritis yaitu setiap 

orang melihat kebenaran secara berbeda dan bersifat tidak netral diketahui yang dimana 

melalaui beberapa alur seperti relasi kuasa, ideologi dan struktur sosial yang kemudian 

sudut pandang yang berbeda terbentuk (Muslim, 2018). Penelitian ini menggunakan 

analisis semiotika model roland barthes sebagai pendekatannya.

Pengumpulan data merupakan hal yang harus dilakukan karena dalam penelitian 

tujuan utamanya yaitu untuk mendapatkan data yang diperlukan. Teknik pengumpulan 

data bersumber dari adegan-adegan, narasi serta teks yang mengandung kekerasan anak, 

observasi dilakukan dengan mengamati Serial animasi One Piece Arc Whole Cake Island, 

dan tak kalah penting studi kepustakaan dalam melakukan penelitian, hal ini dikarenakan 

literatur-literatur ilmiah sangat lekat dengan penelitian (Soegiyono, 2011)

Kemudian pengumpulan data dengan dokumentasi berupa tangkapan layar 

digunakan untuk menunjukkan bahwa terdapat adegan yang mengandung kekerasan 

terhadp anak pada episode 803-804. Data yang sudah terkumpul yang diperoleh dari hasil 

observasi kemudian diolah dan dan tinjau kembali agar mendapatkan hasil data yang 

dibutuhkan dalam penelitian ini.

Pengamatan dalam setiap scene film dengan fokus kekerasan anak, dengan 

dilakukan pengamatan tersebut peneliti dapat mengetahui scene yang terdapat tanda 

kekerasan anak didalamnya. Kemudian coding diperlukan untuk memilih scene dan akan 

dikelompokkan berdasar kategori. Penyajian data dengan unsur verbal dan visual 

dilakukan setelah data terkumpul dari hasil coding dan akan dianalisis dengan metode 

analisis semiotika milik Roland Barthes.

Segala sesuatu yang disajikan dalam serial ini menunjukan episode 803-804 

merepresentasikan kekerasan anak kemudian akan dianalisis menggunakan semiotika 

Roland Barthes. Teknikk validitas ata yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan 

Triangulasi teori dimana berguna untuk menghindari subjektivitas peneliti. Teori yang 

digunakan yaitu semiotika dari Roland Barthes. 


Pembahasan

Serial animasi One piece Arc Wholecake Island ini berisikan tentang kilas balik dari 

tokoh sanji, yang dimana sewaktu kecil sanji diperlakukan tidak baik oleh Ayahnya dan 

Saudara-saudaranya. Penggambaran kekerasan dalam Arc Wholecake Island ini disajikan 

dengan pemaksaan, pemukulan, dan juga kata-kata kasar yang menyakiti hati. Dalam 

scene ini, sanji sudah dewasa dan tidak selemah dahulu saat kecil. Sehingga sanji berani 

dan membalas kelakuan saudaranya yang pernah memperlakukanya secara tidak baik. 

Akan tetapi diserial ini, sanji tetap mencintai keluarganya walaupun dengan luka masa 

kecilnya. Hal ini dibuktikan ketika sanji mau menyelamatkan keluarganya yang sedang 

dalam bahaya ancaman musuh. 

Arc Whole cake island memperlihatkan bahwasannya representasi kekerasan 

yang dilakukan oleh Ayah dan Saudara terhadap sanji yaitu kekerasan psikologis, 

penyiksaan dan kekerasan fisik. Menurut John Fiske dan John Hartley, konsentrasi 

semiotik adalah pada hubungan yang timbul antara sebuah tanda dan makna yang 

dikandungnya serta bagaimana tanda-tanda tersebut dikomunikasikan dalam kode–kode 

(Maluda, 2014). Pada tataran denotasi tanda yang diperlihatkan saat kekerasan fisik 

terlihat dalam scene pemukulan yang dilakukan oleh ayah dan saudara-saudaranya. 

Kekerasan anak merepresentasikan rasa kecewa dari judge yang dikomunikasikan dengan 

bentuk pukulan, tendangan, hingga bullying yang dilakukan terhadap sanji. Kekerasan 

psikologis yang ada dalam scene diatas, anak dibentak, diremehkan, dimaki, direndahkan 

seperti yang dilakukan oleh sang Ayah terhadap Sanji, seperti produk gagal, tidak 

mempunyai bakat. Penelantaran anak, dalam scene diatas Sanji dimasukkan kepenjara 

dan dipakaikan topeng besi yang mana perilaku tersebut dapat menyerang dan merusak 

fisik ataupun mental anak. Selaras dengan jurnal terdahulu berjudul “Analisis Semiotika 

Kekerasan Terhadap Anak Dalam Film Ekskul” Kekerasan anak disekolah yang diterima 

berupa olok olokan, serangan fisik, bullyan, dan bahan lelucon (Giu et al., 2014)

Pada tataran konotasi sanji melalui kekerasan psikologis dalam serial animasi One 

Piece Arc Wholecake Island yang dilakukan oleh Ayah (Judge) kepada sanji sebagai anak 

yang tidak memenuhi ekspektasi ayahnya. Kata-kata yang dilontarkan oleh judge merupakan bentuk kekerasan verbal kepada sanji, yang dimana dapat mengakibatkan 

kemerosotan mental anak dan menjadikannya semakin terpuruk. 

Penerapan semiotika mengungkapkan suatu pertunjukan dari berbagai hal yang 

dapat memiliki makna. Sehingga makna konotasi dalam film tersebut dapat berupa fakta 

yang terjadi ialah kekerasan anak dapat dipicu oleh harapan yang tinggi oleh ayah kepada 

anaknya yang tidak mampu memenuhi ekspetasi. Menurut (Wati & Puspitasari, 2018)

Disiplin merupakan salah satu cara agar anak mengerti dan tidak menyeleweng, namun 

pada penerapannya seringkali menggunakan kekerasan. Penerapan disiplin memang 

diperlukan, akan tetapi tidaklah harus menggunakan kekerasan yang dimana hal tersebut 

justru akan membuat kondisi perilaku dan psikologis anak menjadi tidak baik.

Seseorang atau kelompok yang mempersepsikan diri “Berkuasa” sering kali 

melakukan hal yang semena-mena terhadap orang yang dianggap lebih “lemah”. Bullying 

bisa berbentuk pemaksaan secara psikologis ataupun fisik terhadap seseorang atau 

sekelompok orang yang lebih “lemah”.(ZAKIYAH et al., 2017). Kekerasan Fisik 

dilakukan oleh saudara-saudara sanji dengan cara memukuli dan mengeroyok sanji yang 

tidak berdaya karena sanji lemah mendapat predikat sebagai produk gagal dan layak 

untuk diperlakukan seperti itu. 

Penelantaran Anak ditunjukkan dengan mengurung sanji dengan memerintahkan 

bawahannya untuk memasukkan ke penjara. Semiotika dalam film merupakan bentuk 

dari relasi pemaknaan yang berkaitan dengan penyampaian simbol visual dan linguistik 

dalam konsep sinematografis (Putri, 2021) Makna denotasi dari penggambaran Sanji 

yang menggunakan tutup pelindung kepala secara visual memperlihatkan seorang anak 

yang tertindas, lusuh, dan tersakiti. Berbanding terbalik dengan visual saudara yang 

diperlihatkan dengan rambut rapi dan tampilan pakaian anak kerajaan. Lalu dari 

perspektif gesture peran saudara sanji diperlihatkan dengan karakter dengan memiliki 

kepala tegak dan angkuh karena tidak adanya kekurangan yang dimiliki. Namun berbeda 

dengan saudaranya, sanji seringkali diperlihatkan dengan kepala tertunduk dan gesture 

pergerakan yang lambat tidak memiliki tenaga. Menurut (Rorong & Suci, 2019) Dialog, 

gesture, bahkan gaya pakaian yang disimbolkan memiliki maknanya masing-masing.


Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis representasi kekerasan anak menggunakan semiotika Roland

Barthes dalam series One Piece Arc Wholecake Island mendapatkan hasil yang

menunjukan adanya kekerasan secara emosional, kekerasan fisik, dan penelantaran anak.

Dapat disimpulkan bahwa kekerasan anak dilatar belakangi oleh tuntutan ayahnya untuk

membuat anak menjadi seperti apa yang diinginkan, namun sang anak tidak mampu

memenuhi ekspetasi tersebut.

Denotasi dalam penelitian ini merujuk pada penelantaran, pemukulan dan psikis

yang disajikan dalam potongan adegan serial animasi one piece. Konotasi dalam

penelitian ini merujuk pada makna tanda-tanda yang telah ditemukan dalam berbagai

adegan dan menunjukkan bahwa terjadi kekerasan terhadap anak. Mitos pada scene-

scene di atas adalah kekerasan anak sering kali ditemui dengan dalih mendidik anak.

Penelitian ini telah menggambarkan representasi kekerasan anak dalam serieal

animasi One Piece Arc Wholecake island. Peneliti merekomendasikan untuk penelitian

selanjutnya untuk meneliti dari paradigma audiens. Mengingat sekarang ini serial animasi

banyak disukai oleh berbagai kalangan maka disarkan, pertama, Peneliti berharap akan

adanya penelitian lain mengenai tema yang sama khususnya dalam serial animasi yaitu

tentang makna kekerasan anak yang mana nantinya dapat memperbanyak sudut pandang

yang telah beredar selama ini. Kemudian, Sebagai masyarakat baik penonton Serial

animasi/film maupun masyarakat luas. Diharapkan mengerti dan mewaspadai tindakan

yang mengindikasi kekerasan pada anak. Hal ini dapat menjadi pengingat khususnya

orang tua maupun calon orang tua untuk menghindari perlakuan yang mengarah kepada

kekerasan entah itu verbal maupun secara fisik yang dimana nantinya dapat merusak

mental dan fisik sang anak dan berujung pada kejadian yang tidak diinginkan.


JURNAL 14 


Judul : KEKERASAN DALAM KOMIK ONE PIECE (Analisis Isi Gambar Kekerasan Dalam Buku Komik One Piece Seri 40 – 44)


Penulis : Dinda Cahyaning Pertiwi 


Metode

Dalam penelitian ini 

menggunakan metode analisis isi 

deskriptif. Analisis isi merupakan salah 

satu metode utama dalam disiplin ilmu komunikasi, Analisis isi sering

digunakan untuk menganalisis isi media

baik cetak ataupun elektronik. Di luar

itu, analisis isi juga digunakan untuk

mempelajari isi semua konteks

komunikasi baik komunikasi

antarpribadi, kelompok, ataupun

organisasi. Asalkan terdapat dokumen

yang tersedia, analisis isi dapat

diterapkan. Analisis isi ditujukan untuk

mengidentifikasi secara sistematis isi

komunikasi yang tampak (manifest),

dan dilakukan secara objektif, valid,

reliabel, dan dapat direplikasi (Eriyanto,

2011:10- 11).

Analisis isi adalah teknik

penelitian untuk mendeskripsikan secara

obyektif, sistematik dan kuantitatif isi

komunikasi yang tampak (manifest)”

(Krippendorf, 1993: 16).


Hasil dan pembahasan

Pada Bab ini dijabarkan hasil

dan pembahasan dari penelitian komik

One Piece seri 40 – 44 sebagaimana tujuan dari penelitian ini adalah untuk

mengetahui bentuk dan frekuensi

gambar kekerasan yang terjadi dalam

buku komik One Piece seri 40- 44.

Maka data- data jumlah gambar

kekerasan disajikan kedalam bentuk

tabel yang sesuai dengan penelitian

yang ditemukan sebelumnya.

Pembanding dalam penelitian ini

adalah saudara Aditya Pamungkas

seorang mahasiswa ilmu komunikasi

angkatan 2008. Pemilihan ini

berdasarkan latar belakang pendidikan

Ilmu Komunikasi yang ditekuni serta

kapabilitas yang dimilikinya. Pengkoder

kedua memiliki minat atau ketertarikan

yang kuat dibidang komunikasi

terutama dalam membaca buku komik

jenis manga.Selain itu pengkoder kedua

memiliki prestasi akademik yang

lumayan baik mendapatkan IP 3,2 dan

juga pengkoder kedua ini sangat

menyukai anime One Piece dan

mengikuti perkembangannya dari awal

One Piece muncul hingga sekarang. 


Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan

pembahasan maka dapat ditarik

Kesimpulan bahwa jenis gambar

kekerasan yang disajikan dalam buku

komik OnePiece seri 40 - 44 adalah

kekerasan fisik dengan kategori

memukul, menendang menggunakan

senjata atau menembak, berkelahi atau

perang, dan menggunakan pedang

dengan total gambar sebanyak 136

gambar. sedangkan untuk kekerasan

psikologis meliputi ketakutan, dan

mengancam memiliki total gambar

sebanyak 45 gambar. Untuk gambar

kekerasan yang sering muncul adalah

pemukulan yaitu sebanyak 40 gambar

dari keseluruhan gambar pemukulan

buku komik One Piece seri 40 – 44

dengan presentase sebanyak 22,10%.

Gambar kekerasan fisik dan psikologis

dalam buku komik One Piece seri 40 –

44 mencapai total 181 gambar meliputi

gambar pemukulan sebanyak 40

gambar, menendang 24 gambar,

menggunakan senjata 33 gambar,

berkelahi atau berperang sebanyak 23

gambar, menggunakan pedang sebanyak

16 gambar Sedangkan untuk kekerasan

psikologis yaitu gambar ketakutan

sebanyak 24 gambar, dan mengancam

sebanyak 16 gambar.

Dari kesimpulan diatas dapat

diketahui bahwa buku komik One Piece

seri 40-44 mengandung kekerasan fisik

maupun psikologis sebanyak 100%,

sesuai dengan presentase keseluruhan

yang telah dihitung sebelumnya.

Sehingga dibutuhkan pengawasan dari

orang tua dan pihak- pihak terkait untuk

ikut mengawasi dalam hal buku bacaan

untuk anak- anak.


JURNAL 15 


Judul : ANALISIS KARAKTER TOKOH UTAMA DALAM FILM SERIAL LIVE ACTION ONE PIECE KARYA EIICHIRO ODA


Penulis : Novdaly Fillamenta 


Metode

Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif. Moleong (2017)

menyatakan bahwa penelitian deskriptif ialah

penelitian yg bertujuan buat memecahkan

duduk perkara yang sedang terjadi sesuai data

dengan cara menganalisis serta

menginterpretasi. di penelitian ini, data

dianalisis menggunakan cara dideskripsikan

serta diinterpretasikan sesuai teori yg sudah

dikemukakan. Dalam penelitian ini, ada tiga

aspek krusial yg dikemukakan, yaitu: ilustrasi

kepribadian Luffy sebagai tokoh utama, faktor-

faktor yg menghipnotis perubahan tingkah laku

Luffy, serta proses perubahan tingkah laris yang

dialami sang tokoh utama dalam film ini.. Untuk

menyajikan data dari ketiga aspek tersebut,

digunakan metode deskriptif menggunakan

menggambarkan akibat penelitian sesuai warta

serta data yang telah dikumpulkan sebelumnya.

menggunakan memakai teori karakter Edgar V.

Robert dan teori psikoanalisis Sigmund Freud.

Metode penelitian dalam penelitian ini

bersifat deskirtif dan menggunakan pendekatan

kualitatif (Fillamenta, 2019).

Dilihat dari inti permasalahan yang dikaji,

peneliti menggunakan pendekatan struktural

yaitu pendekatan yang berorientasi kepada

karya sastra, karena pendekatan struktural

dipandang sebagai salah satu pendektan

penelitian kesusastraan yang menekankan

kajian hubungan antara unsur-unsur pembangun

karya yang bersangkutan. Sebuah struktur

mempunyai tiga sifat yaitu totalitas,

transformasi, dan pengaturan diri. Dengan

langkah analisis struktural menggunakan

metode kepustakaan untuk menganalisis unsur

instrinsik dalam film yang diteliti

Populasi dalam penelitian ini adalah

seluruh film live action bergenre fiksi.

Pendekatan penelitian yang dimaksud terdiri

atas dua perspektif, yakni pendekatan keilmuan

dan pendekatan metodologis. Sedangkan

sampel dalam penelitian ini adalah film serial

live action yang melibatkan berbagai factor dari

budaya sampai percintaan.

Data primer dalam penelitian ini adalah

data yang bersumber dari hasil observasi bahan

audio-visual, hasil wawancara maupun temuan

data dokumentasi. Bahan audio-visual yang

dimaksud adalah film serial live action “One Piece” dalam format Video. Sedangkan data

dokumentasi terdiri synopsis “One Piece”,

berbagai komentar tertulis pada platform digital

maupun trailer film yang dapat diakses dari

media online.

Data sekunder dalam penelitian ini

bersumber dari penelusuran data pustaka

(library research) yang bertujuan untuk

mendapatkan keterangan data bersifat teori dari

literatur-literatur yang relevan dengan materi

penelitian ini.

Data teoritis yang dimaksud antara lain

adalah ilmu komunikasi khususnya kajian

analisis teks media, ilmu yang khususnya

membahas teori perfilman atau sinematografi,

dan teori yang relevan lainnya.

Instrumen utama dalam penelitian ini

adalah peneliti sendiri. Hal itu dimaksudkan jika

melihat posisi peneliti sebagai pengamat yang

menginterpretasikan data-data observasi

penelitiannya. Dalam kaitan ini, peneliti

bertindak sebagai instrumen penelitian dengan

menggunakan alat bantu rekam peristiwa seperti

kamera foto/video maupun catatan pengamatan

(fieldnote)

Metode pengumpulan data dalam

penelitian ini ada 4 (empat) tahap yaitu: (1)

tahap pertama dengan cara menonton sampai

tuntas 8 episode film serial live action One

Piece, (2) tahap kedua adalah observasi film

serial live action One Piece dengan cara

mengamati adegan dan dialog, selanjutnya

mencatat, memilah, dan memilih kajian sesuai

metode analisis data yang digunakan peneliti.

Uji Validitas data dalam penelitian ini

menggunakan triangulasi. Triangulasi yang

dilakukan peneliti adalah membandingkan

sumber data, teori dengan menggunakan

metode penelitian yang dipakai peneliti yaitu

analisis semiotika.

Teknik analisis data dalam penelitian ini

menggunakan metode analisis deskriptif.

Metode ini bertujuan untuk mengkaji aspek

psikologis tokoh utama film One Piece dengan

pendekatan psikologis yang dikembangkan oleh

Sigmund Freud. Penelitian deskriptif memiliki

tujuan untuk memecahkan masalah secara

sistematis dan faktual berdasarkan fakta dan

sifat yang dimiliki oleh populasi (Moleong, 2017). Oleh karena itu, penelitian ini memiliki

tujuan untuk memecahkan masalah dalam aspek

psikologis tokoh utama dalam film serial live

action One Piece dengan teori karakter Edgar V.

Robert (1983) dan pendekatan psikologis yang

dikembangkan oleh Sigmund Freud (1960).

Selain mengungkap teori kepribadian yang ada

dalam psikologi, pendekatan psikologi juga

digunakan untuk mengungkap faktor- faktor

yang melatarbelakangi aspek kejiwaan yang

terjadi pada tokoh utama.

Data yang telah dikumpulkan selanjutnya

dianalisis secara kualitatif melalui 3 tahap

yaitu:

1) Mereduksi Data

Tahap mereduksi data mulai dilakukan

melalui proses penyeleksian, identifikasi dan

pengklasifikasian. Penyeleksian dan

pengidentifikasian merupakan kegiatan untuk

menyeleksi dan mengidentifikasi data-data

pada kategori karakter tokoh utama film.

Tahap pengklasifikasian merupakan proses

yang dilakukan untuk mengklasifikasikan data,

memilih data dan mengelompokkan data.

2) Menyajikan Data

Menyajikan data merupakan kegiatan

pengelompokan data melalui tahap reduksi data

pada kategori karakter tokoh utama. Dalam

penelitian ini disajikan data berupa peristiwa

yang dialami oleh tokoh utama dan

menganalisis data tersebut dengan

mengidentifikasi unsur pembentuk karya

sastra seperti alur dan latar. Setelah itu

dianalisis faktor psikologis berupa kepribadian

tokoh utama menggunakan teori Sigmund

Freud dan teori karakter Edgar V. Robert.

3) Menarik Simpulan

Setelah dilakukan penyajian data, langkah

selanjutnya adalah menyusun, menarik

simpulan, menganalisis dan memeriksa data

kembali, sehingga simpulan dapat menjawab

rumusan masalah yang diajukan. 


Pembahasan

Film Serial Live Action One Piece 

merupakan gambaran keinginan yang kuat dari 

tokoh utama Monkey D. Luffy yang ingin 

menjadi raja bajak laut. Keinginannya yang kuat 

tersebut terinspirasi oleh harta karun one piece 

yang berada di Grand Line.

Dengan merekrut kru, memiliki peta dan 

memiliki kapal besar menuju Grand Line , 

keinginan Luffy untuk menjadi Raja bajak laut 

menjadi kuat.

Selama masa pencariannya Luffy berhasil 

menemukan ketiga hal yang diinginkannya 

untuk menjadi raja bajak laut yaitu, 4 kru yang 

kuat terdiri atas Nami sang navigator, Zoro 

petarung 3 pedang yang berani, Usopp 

penembak jitu dan Sanji seorang koki handal 

dan petarung yang hanya menggunakan 

kakinya.

Karakter Luffy berdasarkan teori Edgar V.

Robet adalah 

1. Ceria

Dalam setiap keadan dan situasi Luffy selalu 

menampilkan keadaan ceria dan riang. Hal ini 

membuat orang yang melihat sosok Luffy 

menjadi senang dan nyaman.

2. Setia kawan

Hal yang paling dipegang teguh oleh Luffy 

adalah ras setia kawan yang tinggi. Karakter ini 

membuat Luffy ssangat membenci orang yang 

mengganggu apalagi menyakiti teman-

temannya dalam keadaan apapun.

3. Berani

Karakter ini dapat membantu menambah 

semangat teman-temannya daam menghadapi 

berbagai macam situasi.

4. Optimis

Karakter ini menjadi kekuatan Luffy sejak awal 

untuk menjadi raja bajak laut mencari jarta 

karun one piece di grand line. Dengan Optimis 

yang dimilikimya, Luffy akhirnya berhasil 

menjadi bajak laut sesuai keinginan mas 

kecilnya.

Faktor psikologis tokoh utama Monkey D. 

Luffy dalam film serial live action one pice 

berdasarkan teori kepribadian Sigmund Freud 

adalah:

Id

Id adalah kepribadian yang dibawa sejak lahir. 

Das es merupakan “reservoir” yang 

menggerakan das ich dan das ueber ich karena 

dibawa sejak lahir. Id merupakan gudang-

gudang penyimpanan-penyimpanan kebutuhan 

manusia yang mendasar seperti makan, minum, 

istirahat, rangsangan seksualitas, dan 

agresifitas. Insting-insting ini dapat bekerja 

sama bersamaan dalam situasi yang berbeda 

untuk mempengaruhi perilaku Luffy sebagai 

tokoh utama. Id berada dalam beroperasi dalam 

daerah unconscious mewakili subyektifitas 

yang tidak pernah disadari sepanjang usia. Id 

berhubungan erat dengan proses fisik untuk mendapatkan energi psikis yang digunakan

untuk mengoperasikan sistem dari struktur

kepribadian yang lainnya. Id beroperasi

berdasarkan prinsip-prinsip kenikmatan

(pleasure principle), yaitu berusaha

memperoleh kenikmatan dan menghindari rasa

sakit. Das es berfungsi menghindari diri dari

ketidakbenaran dan mengejar keenakan.

Ego

Ego disebut juga system der bewussten

verbewussten. Aspek ini adalah aspek

psikologis dari kepribadian tokoh utama yang

timbul karena kebutuhan organisme untuk

menghubungkan secara baik dengan kenyataan

(realitas). Ego berkembang dari id yang dalam

hal ini Luffy sebagai tokoh utama mampu

menangani realitas sehingga ego beroperasi

mengikuti prinsip realita (reality principle)

usaha memperoleh kepuasan yang dituntut id

dengan mencegah terjadinya tegangan baru atau

menunda kenikmatan sampai ditemukan

obyek yang nyata dapat memuaskan

kehidupan sebagai raja bajak laut. Ego adalah

eksekutif (pelaksana) dari kepribadian, yang

memiliki dua tugas utama; pertama, memiliki

stimulasi mana yang hendak direspon atau

insting mana yang akan dipuaskan sesuai

dengan prioritas kebutuhan. Kedua,

menentukan kapan dan bagaimana kebutuhan

itu dipuaskan sesuai dengan tersedianya

peluang yang resikonya minimal.

Super Ego

Super ego adalah aspek sosiologis dari

kepribadian, merupakan wakil dari nilai-nilai

tradisional serta cita-cita masyarakat.

Sebagaimana ditafsirkan orang tua kepada

anaknya, yang diajarkan denganm berbagai

perintah dan larangan. Super ego adalah

kekuatan moral dan etik dari kepribadian, yang

beroperasi memakai prinsip idealistik (idealistic

principle) sebagai lawan dari prinsip kepuasan

id dan prinsip realistic dari ego. Fungsi dari

super ego yang pokok adalah menentukan

apakah sesuatu benar atau salah, pantas atau

tidak, dan dengan demikian pribadi dapat

bertindak sesuai dengan moral masyarakat.

Super ego berkembang dari ego dan seperti ego,

ia tidak mempunyai energi sendiri. Sama

dengan ego, super ego beroperasi di tiga daerah

kesadaran. Namun berbeda dengan ego, dia

tidak mempunyai kontak dengan dunia luar

sehingga kebutuhan kesempurnaan yang

dijangkaunya tidak realistis (id tidak realistis

dalam memperjuangkan kenikmatan).

Prinsip idea listic mempunyai dua sub prinsip,

yakni conscience dan ego- ideal conscience

menghukum orang dengan memberika rasa

dosa, sedangkan ego-ideal menghadiahi orang

dengan rasa bangga akan dirinya. Super ego

dalam sastra berupa pembatasan tingkah laku

tokoh yang dipengaruhi oleh id. Fungsi super

ego menuntun mengendalikan ego dalam

melakukan semua tindakannya antara baik dan

buruk perilaku yang tokoh akan atau telah

lakukan tokoh, sebab super ego didasarkan pada

norma atau hati nurani yang dapat mengontrol

diri tokoh. Dalam hal ini adalah semua rasa

simpati Luffy terhada keempat krunya.

Super ego oleh pengarang juga dimanfaatkan

sebagai alat untuk menyampaikan amanat

melalui perantara perilaku-perilaku tokoh.

Demikianlah analisis tokoh utama dengan

melihat struktur kepribadian menurut Sigmund

Freud, yang terdiri dari tiga aspek yaitu id, ego

dan super ego yang ketiganya tidak dapat

dipisahkan. Secara umum, id bisa dipandang

sebagai komponen biologis kepribadian, ego

sebagai komponen psikologisnya sedangkan

super ego adalah komponen sosialnya. 


Kesimpulan

Terdapat satu tokoh utama dalam film

serial live action one pice ini yaitu Monkeey D.

Luffy. Selanjutnya ada 4 tokoh tambahan yaitu

Nami, Zoro dan Usopp yang berperan sebagai

teman sekaligus kru dari Luffy. Karakteristik

Luffy adalah ceria, setia kawan, berani dan

optimis. Struktur kepribadian tokoh utama

Luffy adalah mempunyai keinginan untuk

menjadi raja bajak laut, egonya mampu

menangani realitas sebagai satu kekuatan tim

dalam melakukan aksi, sementara super egonya

adalah mampu memikirkan keadaan teman-

temannya walaupun keinginan yang dimilikinya

kuat secara ego.

Penelitian ini hanya menganalisis karakter

dan kepribadian tokoh utama saja. Untuk lebih maksimal bisa dilakukan penelitian lanjutan

dari aspek variable yang berbeda.


JURNAL 16 


Judul : Analisis Bentuk Kekerasan Dalam Anime One Piece Adaptasi Manga Karya Eichiro Oda


Penulis : Ferito Julyadi, La Ode Jumaidin, Muh. Aswan Zanynu


Metode penelitian

Subjek pada penelitian ini adalah adegan kekerasan dalam serial anime One 

Pieceadaptasi manga karya Eichiro Oda yang terdiri dari du bentuk kekerasan, yakni 

langsung dan simbolik. Sedangkan objek penelitiannya adalah lima episode serial 

One Piece arc Enies Lobby, yakni episode 264—268. Dalam hal ini peneliti akan 

mengamati, adegan yang dinilai menyuguhkan kekerasan langsung dan simbolik, 

seperti memukul, menendang, kondisi tubuh karakter, penggunaan senjata tajam, 

dialog, ekspresi tokoh atau pemeran, dan sudut pandang kamera, kemudian 

menganalisis adegan-adegan terseur sesuai dengan model penelitian yang digunakan. 

Penelitian ini menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif, yakni setelah 

semua data yang diperlukan terkumpul, peneliti akan menganalisis serta menyajikan 

data dalam bentuk kata-kata atau penjabaran deskriptif. Adapun teknik analisis data 

yang digunakan yakni: pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan 

penarikan kesimpulan. Pada penelitian ini, teori yang semiotika Ferdinad de Saussure 

untuk melihat bentuk- bentuk kekerasan yang ditampilkan. Kemudian menentukan 

tanda, penanda serta petanda tindakan kekerasan sesuai dengan penjabaran semiotika 

yang dirumuskan oleh Saussure


Hasil penelitian

Istilah kekerasan berasal dari kata Latin, violentus yang berarti “kekuatan”. 

Sedangkan dalam bahasa Inggris, violence diartikan sebagai suatu tindakan yang berusaha untuk merugikan kesehatan tubuh atau mental seseorang. Dalam definisi

lain, itu adalah jenis ekspresi diri dari tindakan fisik (langsung) atau verbal yang

mencermikan tindakan agresi dan serangan terhadap kebebasan atau mertabat

seseorang yang dilakukan oleh individu atau kelompok. Bentuk kekerasan sendiri

terbagi menjadi dua macam, yakni:

1) Kekerasan fisik (langung), adalah sebuah tindaka fisik yang bertujuan untuk

menyakiti tubuh atau merusak harta orang lain. Contoh dari tindakan

kekerasan ini antara lain memukul, menendang, mencekik atau bahkan

menggunaka senjata tajam atau pistol dengan tujuan untuk melukai.

2) Kekerasan simbolik, adalah tindakan yang memanfaatkan sesuatu untuk

menyakiti hati dan merugikan kepentingan orang lain. Kekerasan jenis ini

memiliki dampak atau akibat yang tidak langsung pada fisik, namun

berlangsung sangat lama. Meda yang digunakan untuk melakukan kekerasan

simbolik beragam jenisnya, bisa berupa gerak isyarat, kontak badan, ekspresi

wajah, sikap tubuh, dan verbal (ucapan).

Kekerasan simbolik tidak hanya kita jumpai di dunia nyata (rill), dalam

sebuah tayangan baik film dan serial televisi ataupun anime kekerasan simbolik ini

tersuguhkan yang sudah ditulis atau direncanakan oleh pembuatnya. Penyajian

kekerasan ini cukup bias, sehingga untuk disadari oleh penonton sedikit sulit.

Tindakan agresi ini, jika penonton teliti pasti akan menyadari sebuah tindakan

kekerasan disajikan, baik dalam dialog, ekspresi pemeran, bahkan yang paling sulit

dipahami adalah kekerasan yang disuguhkan dari sebuah angle camera. bentuk

kekerasan simbolik yang cukup bias untuk dipahami oleh penonton, yaitu sudut

pengambilan gambar atau angle camera. Sebab, dalam sebuah film, setiap angle

camera yang digunakan untuk menyorot suatu objek memiliki makna dan pesan yang

ingin disampaikan, dan penyampaian kekerasan dalam bentuk ini salah satunya

dengan camera low angle, dimana sudut pengambilan adegan dengan angle itu ingin

menunjukan suatu kekuasaan yang dimiliki oleh seseorang. Berdasarkan penelitian yang dilakukan, peneliti menemukan bahwa dalam

serial anime One Piece arc Enie Lobby episode 264—268 terdapat dua jenis

kekerasan yang disuguhkan, yakni kekerasan langsung dan simbolik. Bentuk

kekerasan langsung terbagi menjadi tiga, yakni memukul atau kontak fisik lainnya,

penggunaan senjata, dan kondisi tubuh tokoh. Sedangkan kekerasan simbolik terdiri

atas dialog, ekspresi, dan angle kamera.


Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat ditarik dari pembahasan di atas yakni dalam serial

anime One Piece arc Enies Lobby karya Eichiro Oda, bentuk adegan kekerasan yang

disajikan terbagi ke dalam dua jenis, yakni kekerasan langsung dan simbolik. Bentuk

kekerasan langsung terbagi menjadi tiga, yakni memukul atau kontak fisik lainnya,

penggunaan senjata, dan kondisi tubuh tokoh. Sedangkan kekerasan simbolik terdiri

atas dialog, ekspresi, dan angle kamera.


JURNAL 17 


Judul : Analisis Frasa pada Manga One Piece Vol 1-20 karya Eiichiro Oda: Kajian Sintaksis Sastra


Penulis : Sutrimah, Muhammad Sholehuddin, Nabila Ulfaida, M. Alfan Haris


Metode penelitian :

Metode yang digunakan oleh penulis yaitu menggunakan metode studi pustaka 

yang mana metode tersebut menggunakan teknik pengumpulan data pada proses 

penelitiannya yang dapat bersumber pada buku bacaan serta jurnal nasional maupun 

internasional (Ulfaida & Hasanudin, 2022). 

Data diperoleh dari data sekunder yang secara langsung mengacu terhadap

topik pembahasan, yaitu analisis frasa, manga one piece, serta kajian sintaksis. Data ter-

sebut didapatkan dari beberapa manga serta buku yang telah diterbitkan dan juga

artikel-artikel yang telah terbit pada jurnal nasional serta jurnal internasional.

Pada teknik pengumpulan data, penulis mengacu kepada teori dari Mary W.

George yang akan dimodifikasi seperti yang dijelaskan sebagai berikut 1) pemilihan

topik mengenai frasa yang akan dikaji dalam manga one piece 2) peneliti membuat se-

buah konsep dalam mengkaji manga tersebut, 3) peneliti merancang strategi me-

nyusun hasil dari analisis frasa, 4) menyimpulkan dengan menyusun hasil akhir dari

proses analisis frasa terhadap manga one piece vol 1-20 karya Eiichiro Oda.

Penulis menggunakan metode analisis isi dalam proses analisis data. Analisis

isi diaplikasikan untuk memperoleh informasi yang valid (Aminati & Purwoko, 2018)

dan dapat dikaji ulang berdasarkan isisnya (Kripendoff dalam Ardana & Purwoko,

2018). Dalam analisis isi akan dilakukan proses dalam memilih data dari berbagai

jurnal dan buku-buku, dan mencocokkan data dengan sumber referensi (Sabarguna

& Subirosa, 2005).

Pada teknik validasi data, penulis menggunakan teknik triangulasi data.

Teknik triangulasi data mewajibkan peneliti agar menggunakan sumber data yang

beragam (Sasmita, 2020) dan berhati-hati dalam mengumpulkan data-data (Ida, 2018).

Teknik triangulasi digunakan peneliti untuk membandingkan kebenaran suatu data

dengan sumber referensi yang lainnya dengan menggunakan metode wawancara.


Hasil dan pembahasan

Hasil penelitian dari kajian sintaksis pada manga Onepiece karya Eiichiro Oda

dapat ditunjukkan dalam bentuk frasa yaitu frasa nominal, frasa verbal, dan frasa

ojektival.

A). Frasa Nominal

Frasa nominal merupakan frasa yang diadopsi dari kata yang menunjukan kata

benda (Permana, 2010). Frasa nominal dalam sebuah kalimat berfungsi seperti kata

benda dengan kata lain, frasa nominal dapat dibagi langsung oleh kata benda (Eza,

dkk., 2020). Inti dari frasa nomina adalah kata, sedangkan kata penyerta lainnya

merupakan kualifikasi atau penjelasan dari nomina tersebut (Mandang, 2020). Bentuk

frasa nominal pada manga Onepiece adalah 1). “Angin Timur” dalam Eiichiro Oda

(1997:4) dibentuk dari kata angin yang masuk pada kelas kata nomina dan juga timur

yang masuk dalam kelas kata nomina. 2). kata “Bajak laut” dalam Eiichiro Oda

(1997:7) dibentuk oleh dua kata berkategori nomina yang merupakan anggota dari

sebuah medan makna. 3). kata “Rambut merah” dibentuk dari kata rambut dan kata

angin yang sama-sama merupakan kelas kata nomina. 4) ”Terima kasih” dalam Eiichiro Oda (1997: 9) dibentuk oleh dua kata yang memiliki kategori nomina dari

sebuah medan makna.

B). Frasa Verbal

Frasa verbal adalah kalimat yang dibentuk dengan menggabungkan kata kerja

atau menggantikan kata kerja dalam sebuah kalimat (Iswara, 2015). Umumnya, frasa

verba berada pada posisi fungsi predikat dan tidak dapat menerima kata “sangat”

(Asnawi, 2018). Perlu ditekankan bahwa unsur-unsur yang mengisi subjek, objek, dan

pelengkap tidak termasuk dalam frase verba (Azhar, 2012). Secara sintaksis, frase

verba dapat diberi kata “sedang” untuk verba aktif dan kata “telah” untuk verba

keadaan (Panjaitan, 2007). Bentuk frasa verbal pada manga onepiece karya Eiichiro Oda

adalah 1) Kata “Tidak memberikan” dalam Eiichiro Oda (1997: 16) bermakna gramat-

ikal ingkar atau negasi. 2) Kata “Sudah membunuh” dalam Eiichiro Oda (1997: 17)

bermakna gramatikal yaitu keinginan (+ ingin). 3) Kata “Sudah menghinamu” dalam

Eiichiro Oda (1997: 20) yang memiliki makna gramatikal yaitu menjelaskan keinginan.

4) Kata “Tidak perduli” dalam Eiichiro Oda (1997: 25) memiliki makna gramatikal

yaitu menjelaskan kalimat yang memiliki arti ingkar atau negasi.

C) Frasa Ajektival

Frasa ajektival merupakan salah satu frasa yang memenuhi fungsi predikat da-

lam klausa kata sifat (Aristia, 2017). Frasa ajektival memiliki inti berupa kata sifat atau

kata keterangan dan pemisah berupa kelas kata lain (Lumanauw, dkk., 2021), bi-

asanya kata keterangan, kata kerja, dan kata benda (Iswatmi, 2019). Struktur kalimat

frasa ajektival dapat dibedakan menjadi koordinatif (Sulistyowati, 2010) dan subordi-

natif (Marfungah & mUkhlish, 2019). struktur kalimat frasa koordinatif terdiri dari

dua kata utama yang saling melengkapi (Kinanti, 2020), sedangkan struktur kalimat

frasa subordinatif terdiri dari dua kata yang masing-masing berperan sebagai kata

utama (Erniati & Mudrsep, 2022) dan kata pembatas (Nuraini, 2021). Bentuk frasa

ajektival pada manga onepiece karya Eiichiro Oda yaitu 1) Kata “Berani mati” dalam

Eiichiro Oda (1997: 27) termasuk pada frasa ajektival subordinatif yang memiliki

makna gramatikal “untuk”. 2) Kata “Cukup baik” dalam Eiichiro Oda (1997: 30) ter-

masuk pada frasa ajektival subordinatif yang bermakna “derajat”.


Kesimpulan

Hasil penelitian dari kajian sintaksis pada manga Onepiece karya Eiichiro Oda

dapat ditunjukkan dalam bentuk frasa yaitu frasa nominal, frasa verbal, dan frasa

ojektival. Frasa nominal merupakan frasa yang diadopsi dari kata yang menunjukan

kata benda. Frasa nominal dalam sebuah kalimat berfungsi seperti kata benda dengan

kata lain, frasa nominal dapat dibagi langsung oleh kata benda. Inti dari frasa nomina

adalah kata, sedangkan kata penyerta lainnya merupakan kualifikasi atau penjelasan dari nomina tersebut. Frasa verbal adalah kalimat yang dibentuk dengan meng-

gabungkan kata kerja atau menggantikan kata kerja dalam sebuah kalimat.

Umumnya, frasa verba berada pada posisi fungsi predikat dan tidak dapat menerima

kata “sangat”. Frasa ajektival merupakan salah satu frasa yang memenuhi fungsi

predikat dalam klausa kata sifat. Frasa ajektival memiliki inti berupa kata sifat atau

kata keterangan dan pemisah berupa kelas kata lain, biasanya kata keterangan, kata

kerja, dan kata benda. Struktur kalimat frasa ajektival dapat dibedakan menjadi

koordinatif dan subordinatif.


JURNAL 18 


Judul : ANALISIS UNSUR INTRINSIK TOKOH DAN PENOKOHAN NICO ROBIN DALAM KOMIK ONE PIECE KARYA ODA EIICHIRO


Penulis : Irman Nurhadiansah


Metode

Metode kualitatif digunakan dalam 

metode penelitian ini. Sugiyono ( 2016, 

hlm, 13) dengan demikian metode 

penelitian kualitatif dapat di artikan sebagai metode penelitian yang

berlandaskan pada filsafat

postpositivisme, digunakan untuk

meneliti kondisi obyek yang alamiah (

sebagai lawannya adalah eksperimen)

dimana peneliti sebagai instrumen kunci,

Teknik pengumpulan data dilakukan

secara triangulasi (gabungan) analisis

data bersifat indukatif/kualitatif, dan

hasil penelitian kualitatif lebih

menekankan makna dari pada

generalisasi.



Hasil dan pembahasan

Teori dari Sugiyono dengan 

tinjauan struktural dan dengan objek 

kajian berupa unsur intrinsik. yang lebih 

mengerucut pada tokoh dan penokohan. 

Dengan metode kualitatif yang 

menghasilkan data deskriptif berupa 

kata-kata tertulis. digunakan untuk 

menganalisis tokoh Nico Robin dalam 

komik one piece yang dikarang oleh 

Oda Eiichiro. Komik ini mencerminkan 

karakter perempuan cantik, pintar dan 

tangguh melalui tokoh Nico Robin yang 

berjuang untuk terus hidup dan 

melawan kebijakan pemerintah yang 

salah dan sangat merugikan dirinya.

One Piece merupakan komik yang 

ditulis pada tahun 1997 dan di adaptasi 

ke dalam bentuk anime pada tahun 1999. 

Komik ini merupakan karya komikus 

jepang yang bernama Oda Eiichiro.

Mengisahkan tentang petualangan 

seorang anak yang ingin menjadi raja 

bajak laut bernama Monkey D Luffy . dia 

terinspirasi oleh seseorang yang telah 

menyelamatkan hidupnya bernama 

Sank dia merupakan mantan kru Gol D 

Rogger raja bajak laut pertama yang 

melegenda pada di hari itu juga Monkey 

D Luffy bersumpah kepada Sank kelak 

nanti akan lebih hebat darinya dan 

menjadi seorang raja bajak laut. Spontan 

Sank memberikan topi jerami 

kesayangannya kepada Luffy dan ia 

mempercayai mimpi dari Monkey D 

Luffy yang berkeinginan menjadi raja 

bajak laut. Untuk mencapai tujuannya 

itu, dia harus memiliki kru yang akan 

membantunya di lautan yang luas. Awal 

mula pelayaran yang dilakukannya 

adalah ia tertidur di dalam salah satu 

tong kayu besar di atas armada bajak 

laut, ketika tong yang dia tiduri akan di 

hancurkan oleh salah satu kru bajak laut, 

dia terbangun dan tanpa sadar kepalan 

tangannya memukul seorang bajak laut 

sampai pingsan. 

Dalam pelayarannya yang pertama 

Monkey D Luffy menyelamatkan 

seseorang yang bernama Zoro ahli kendo 

dan 3 aliran pedang sewaktu ditahan di 

markas Angkatan laut di pimpin oleh 

kapten morgan sebelum bergabung 

Zoro dikenal sebagai pemburu bajak laut 

yang kejam, ia menjadi anggota pertama 

yang direkrut oleh Luffy, awalnya Zoro 

menolak dengan tegas, tetapi akhirnya 

Zoro berubah pikiran dan bersedia 

bergabung dengan Luffy, karena dia 

diberi 2 pilihan, ditembak mati oleh 

angkatan laut atau bergabung dengan 

luffy. Alasan Zoro bergabung dengan 

Luffy adalah ia ingin menjadi ahli 

pedang terkuat di dunia, di sini ia 

menjabat sebagai wakil kapten.

Luffy dan Zoro pun melanjutkan 

pelayaran untuk merekrut kru lagi 

dalam pelayaran mereka bertemu 

dengan Nami, yang di juluki si kucing 

pencuri, ia adalah navigator handal dan 

maniak harta karun dan Nami pun 

bergabung. Dia sempat berkhianat ketika 

ia membawa kabur going merry beserta 

hartanya. Nami bergabung kembali 

setelah Luffy dan kawan-kawan berhasil 

membebaskan ia dari Arlong, seorang 

bajak laut manusia ikan kejam yang 

sempat menguasai kampung halaman 

Nami. Alasan Nami bergabung dengan 

bajak laut topi jerami adalah ia ingin menemukan harta karun legenda

bernama "one piece".

Kru ke 3 yang didapat Luffy

adalah Usopp si pembohong yang akan

menjadi penembak jitu di kelompok

bajak laut Luffy. Mantan kapten dari

Kelompok Bajak Laut Usopp ini yang ia

buat sendiri bersama anak-anak desa ia

bergabung dengan Luffy setelah Luffy

dkk menyelamatkan Usopp dan desanya

dari kelompok bajak laut kapten Kuro

yang pada saat itu menyamar sebagai

kepala pelayan dari sang pujaan hati

Usopp yang bernama Kaya. Usopp

sempat meninggalkan kru topi jerami

mengetahui bahwa going merry kapal

pemberian Kaya akan ditinggalkan

karena sudah tidak dapat diperbaiki lagi,

akan tetapi ia bergabung kembali dengan

bajak laut Topi Jerami setelah peristiwa

enies lobby berakhir ketika itu ia

menyamar menjadi kesatria Soge king.

Impiannya adalah menjadi seorang

"Pahlawan pemberani di lautan", tidak

jelas apa maksudnya tapi itulah impian

yang ingin dicapai oleh Usopp si

pembohong.

Kru ke 4 Luffy bernama Sanji, ia

muncul bergabung untuk pertama

kalinya dengan kelompok topi jerami.

Sanji adalah orang terakhir yang

bergabung dengan kelompok topi jerami

dalam petualangan mereka di East blue.

Awalnya Sanji menolak ajakan Luffy

untuk bergabung karena alasan hutang

budinya kepada Zeff sang kepala koki

yang pernah menyelamatkan nyawanya.

Namun akhirnya Sanji bergabung juga

dengan kelompok bajak laut Topi jerami

sebagai koki kapal, setalah Zeff dan

semua teman-temannya mencoba

mengusirnya dengan bersikap aneh

kepada Sanji. Itu semua hanya akting

karena mereka ingin Sanji mewujudkan

mimpinya untuk melihat "The All Blue".

Kru ke 5 Luffy adalah Chopper.

Awalnya Luffy dan Sanji mengganggap

Chopper sebagai makanan, namun

setelah menyadari kalau Chopper bukan

rusa kutub biasa, Luffy mulai

menyukainya. Luffy kemudian

menyatakan bahwa Luffy ingin sekali

berteman dengan Chopper dan

mengajaknya bergabung dengan

kelompok bajak laut topi jerami.

Chopper menjabat sebagai dokter kapal

karena kemampuannya dalam bidang

medis yang berasal dari Dr. Kureha.

Luffy dkk melanjutkan pelayarannya

menuju pulau Alabasta, di sanalah awal

mulanya Luffy dkk bertemu dengan

Nico Robin. Ia adalah satu-satunya

anggota dari bajak laut Topi Jerami

dengan kisah paling tragis dan menjadi

satu-satunya yang selamat dari tragedi

Ohara, pada usia delapan tahun, dia

sudah hidup seorang diri. Dia meminta

sendiri untuk bergabung dengan bajak

laut Topi jerami. Pada awalnya hanya

Sanji yang senang dengan bergabungnya

Robin, karena sebelum bergabung ia

merupakan Wakil Presiden dari

kelompok Baroque Works musuh dari

temannya yang bernama Vivi anak dari

raja pulau Alabasta. Seiring berjalannya

waktu seluruh kru mulai menerimanya

karena ia bisa menunjukkan loyalitasnya

kepada kru. Robin berperan sebagai

Arkeolog yang membantu bajak laut topi

jerami membaca poneglyph yang

nantinya akan mengantarkan mereka ke

pulau raftel. Robin memiliki impian

untuk dapat membuka sejarah-sejarah

yang hilang.


Kesimpulan

Nico Robin adalah anggota dari

bajak laut Topi Jerami mempunyai kisah

yang sangat tragis. Satu-satunya anak

kecil perempuan yang selamat dari

tragedi Ohara yang disebabkan

ketidakadilan sistem pemerintah, di

usianya ketika berumur delapan tahun.

pengguna Hana Hana no Mi ini adalah

satu-satunya arkeolog Ohara yang masih

selamat. Dengan pengetahuan Robin

yang bisa membaca Poneglyph, pihak

pemerintah dunia khawatir kalau dosa

besarnya di abad kegelapan akan

terkuak. Ini yang menjadi penyebab

Robin dicap sebagai “anak iblis” yang

selalu hidup dalam pelarian dan tidak

mudah percaya kepada orang lain. Dia

adalah arkeolog atau peneliti sejarah dan

dia termasuk tokoh utama meski tidak

muncul di awal cerita. Awal

kemunculannya sebagai peran antagonis

namun berubah menjadi peran protagonis setelah bergabung dengan kru

bajak laut topi Jerami.


JURNAL 19 


Judul : Karakter Visual Monkey D Luffy Dan Tony Tony Chopper Serial Animasi One Piece Episode Arc Drum Island Menggunakan Kajian Semiotika


Penulis : Yunda Oktaviana Sentosa , SyafwanSyafwan


Metode

Penelitian dalam skripsi ini termasuk kedalam penelitian kualitatif.

Menurut Moleong (2012:6) menyatakan bahwa penelitian kualitatif

merupakan penelitian untuk memahami fenomena yang dialami oleh subjek

penelitian. Khususnya penelitian kualitatif deskriptif yang mana penelitian

berfokus pada penjelasan sistemetis tentang fakta-fakta yang diperoleh saat

penelitian dilakukan. Metode pada penelitian ini yaitu metode penelitian

pustaka. Mestika Zed (2004:10-15) dalam penelitian pustaka ini dilaksanakan

peneliti dengan menggunakan literatur mulai dari buku, internet, penelitian

sebelumnya. Menelitian ini Mendeskripsikan pemaknaan karakter, gestur,

warna Monkey D.Luffy dan Tony-Tony Chopper pada serial animasi One

Piece episode Drum Island berdasarkan analisis semiotika Roland Barthes

(Denotasi dan Konotasi).


Hasil dan pembahasan

Makna Denotasi dan konotasi Monkey D. Luffy

Denotasi : 

1. Luffy memiliki mata besar, rambut hitam lurus, hidung kecil, mulut lebar, kulit putih dan bertubuh tinggi.

2. Luffy menggunakan topi, selendang kuning dengan pita merah, baju rompi tanpa dalaman warna merah, celana pendek selutut warna biru dan sendal tali.

3. Posisi kaki Luffy kiri kedepan, tangan mengepal, dada membusung. 

Konotasi : 

1.Penggambaran wajah dan tubuh Luffy merupakan ciri khas anime jepang yang lebih mementingkan bentuk gambar secara keseluruhan dibandingkan detail kedalam gambarnya.

2. Menurut Febri (2020), Basuki  (2015), Lazuar (2011) tentang warna dan psikologinya secara 

umum disimpulkan warna kuning melambangkan kehangatan, kecerian, sementara Warna merah pada baju dan pita topi Luffy melambangkan emosional yang kuat dan warna biru pada celana Luffy melambangkan kebijaksanaan, kepercayaan, 

kecerdasan dan kebenaran. Sendal tali yang digunakan memudahkannya dalam bertarung.

3.Makna konotasi dari posisi berdiri dan bentuk badan Luffy memperlihatkan Luffy yang kuat, terlihat dari garis-garis didadanya

dengan timbilnya otot.


Makna Denotasi dan Konotasi Tony-Tony Chopper

Denotasi : 

1.Badan secara keseluruhan berbentuk rusa, bertanduk, dua kaki, mata besar, hidung

biru, pendek dan gemuk.

2.memakai topi dengan tanda x warna merah

muda, memakai celana berwarna ungu

Konotasi : 

1.Chopper berwujud anak kecil setengan 

rusa. Chopper berjalan dengan dua kaki. 

Tanduk kiri Chopper diikat dengan logam. 

2.Chopper memakai topi merah muda tanda palang merah dan sebagai tanda bahwa 

Chopper memiliki darah golongan X. Hidung 

Chopper berwarna biru berbeda dengan rusa 

pada umumnya. menurut Febri (2020), Basuki 

(2015), Lazuar (2011) tentang warna dan 

psikologinya secara umum disimpulkan Warna ungu kekuatan, kemewahan, kekuatan dan ambisi, warna merah muda melambangkan cinta, romantic, feminim.


Kesimpulan :

Berdasarkan analisis yang telah dilakukan maka penulis dapat 

mengambil kesimpulan Dalam menciptakan karakter animasi One Piece 

kreator harus memiliki strategi komunikasi visual yang baik, mulai dari 

penciptanan karakter, gestur dan warna. Sehingga memunculkan pengambaran 

karakter yang kuat, unik dan mudah diingat oleh penonton. Alur cerita dari 

animasi seperti animasi One Piece episode Arc Drum Island penuh 

petualangan, mudah dipahami oleh penonton dan pesan yang disampaikan pada 

anmasi ini disusun dengan baik. Setelah menganalisis karakter, gestur dan 

warna dari tokoh Monkey D. Luffy dan Tony-Tony Chopper pada serial 

animasi One Piece episode Drum Island berdasarkan analisis semiotika Roland 

Barthes (Denotatif dan Konotatif) dapat disimpulkan bahwa karakter Monkey 

D.Luffy dan Tony-Tony Chopper dari gestur tubuh memperlihatkan tokoh yang 

kuat dengan kekuatan masing-masing yang dimilikinya serta didukung oleh 

psikologi warna pada pakaian dan apa yang dipakainya, sehingga terbentuknya 

suatu karakter yang kuat dan menarik.


JURNAL 20 


Judul : REPRESENTASI HEGEMONI DALAM ANIME ONE PIECE PADA TRAGEDI OHARA (ANALISIS SEMIOTIKA JOHN FISKE)


Penulis :  Irwan Dwi Arianto


Metode

Dalam penelitian ini 

menggunakan jenis pendekatan 

kualitatif dengan metode Analisis 

Semiotika John Fiske. Penelitian ini 

bersifat deskriptif, yang dimana peneliti

untuk memahami konteks dengan situasi

dan lingkungan fenomena alam

tergantung subjeknya.

Penelitian kualitatif memiliki 

dasar pada upaya meneliti secara rinci, 

dibentuk dengan perkataan, gambaran 

rumit dan holistik pada suatu 

pandangan. Penelitian kualitatif 

bermaksud untuk lebih memahami 

fenomena dialami oleh subjek, baik

berupa persepsi, perilaku, motivasi atau

tindakan lainnya.

Peneliti menggunakan analisis 

semiotika dengan tujuan untuk mencari 

tanda, simbol, lambang dan makna pada 

film series “One Piece” yang menjadi 

objek penelitian. Dalam teorinya, Fiske 

mencetuskan tiga proses representasi 

(Wibowo, 2011: 123), yakni level 

realitas, level representasi, serta level 

ideologi. Analisis semiotika John Fiske ini 

digunakan untuk melihat secara rinci 

penggambaran hegemoni Antonio 

Gramsci dalam Anime One Piece pada 

Tragedi Ohara.

Teknik analisis data dalam 

penelitian ini.

1. Investasi data, yakni dengan 

cara mengumpulkan data 

menggunakan teknik 

dokumentasi dan studi 

kepustakaan dari berbagai 

sumber.

2. Menentukan adegan, peneliti 

akan membagi adegan-

adegan dari seluruh episode 

film series One Piece Arc 

Enies Lobby, kemudian 

menentukan adegan yang 

merepresentasikan 

hegemoni.

3. Menganalisis dengan level 

realitas, dalam level ini akan 

melihat kode dan tanda yang dimilki sesuai kode sosial

yang ada dalam keseluruhan

episode film series One Piece

Arc Enies Lobby

4. Menganalisis dengan level

representasi, dalam level ini

akan diproses realitas yang

digambarkan sesuai dengan

perangkat teknis yang

digunakan dalam film series

One Piece Arc Enies Lobby.

Elemen yang ditandakan ialah

secara teknis sesuai kode

dengan kamera,

pencahayaan, dialog yang

kemudian ditrasmisikan ke

dalam bentuk cerita, konflik,

karakter, dan setting pada

film.

5. Menganalisis adegan dengan

level ideologi, dalam level ini

akan terjadi proses dimana

peristiwa yang ada dalam film

series One Piece dikaitkan ke

dalam sebuah konvensi yang

dapat diterima secara

ideologis.


Hasil dan pembahasan :

Dalam menyajikan data

penelitian, peneliti telah menyiapkan

data-data yang digunakan untuk

menjawab rumusan masalah serta fokus

penelitian. Sumber penyajian data

diambil dari objek penelitian yaitu

berupa adegan atau scene dalam serial

animasi yang menunjukkan unsur

hegemoni negara dalam anime One

Piece. Terdapat 10 adegan atau scene

dari tiga episode; episode 275, 276, dan

277 yang akan dianalisa menggunakan

metode penelitian semiotika dari John

Fiske. Terdapat tiga level dari semiotika

John Fiske, yaitu level realitas, level

representasi, dan level ideologi. Pada sub

bab ini peneliti melakukan penelitian

dengan level realitas dan level

representasi. Level realitas dianalisis

melalui adegan dengan memperhatikan

aspek penampilan, perilaku, gesture,

ekspresi, ucapan, makeup, lingkungan,

dan suara. Serta pada level representasi,

peneliti menganalisa adegan dengan

memperhatikan aspek teknik kamera,

tata cahaya, editing, dan musik.


Kesimpulan

Berdasarkan temuan serta 

analisis menggunakan semiotika John 

Fiske dengan tiga levelnya (level realitas, 

level representasi, dan level ideologi) 

terhadap penelitian “REPRESENTASI 

HEGEMONI DALAM ANIME ONE PIECE 

PADA TRAGEDI OHARA” yang telah 

dilakukan dan ditemukannya 

representasi hegemoni tersebut melalui 

tindakan kekuatan militer pemerintah 

dunia terhadap arkeolog Ohara.

Dalam film ini hegemoni ter-

representasi dengan baik, 

penggambaran peran penguasa dan yang 

dikuasai melalui kode-kode pakaian, 

gestur tubuh, ekspresi, cara berbicara, 

pemilihan angle, gradasi warna dialog 

sampai tataran ideologi disajikan dengan 

menarik. Temuan tersebut berupa sikap 

dan tindakan kekuatan militer 

pemerintah dunia yang memiliki peran 

sebagai perangkat dalam penerapan 

hegemoni kepada masyarakat Ohara 

baik secara konsensus dan koersif


Daftar Pustaka 


https://jptam.org/index.php/jptam/article/view/9681

https://scholar.google.com/scholar?hl=en&as_sdt=0%2C5&q=jurnal+one+piece&btnG=#d=gs_qabs&t=1717911952368&u=%23p%3Dcz80gI1_gYIJ

https://www.researchgate.net/publication/380163123_Analysis_of_the_Moral_Values_of_the_One_Piece_Anime_Movie_Z_And_Movie_''Stampede''

https://www.researchgate.net/publication/342866605_MORAL_VALUE_IN_ONE_PIECE_ANIME_MOVIE_OF_CHOPPER_PLUS_BLOOM_IN_THE_WINTER?_sg=2DpOxmAbLsYfs1fjmfdUAztKeXyB4iSk7icyfOODd0mo8m2Mu82x3bBsIhajv812Qniw43jN2QSX0Zk&_tp=eyJjb250ZXh0Ijp7ImZpcnN0UGFnZSI6InB1YmxpY2F0aW9uRG93bmxvYWQiLCJwYWdlIjoiX2RpcmVjdCJ9fQ

https://garuda.kemdikbud.go.id/documents/detail/3185736

https://www.researchgate.net/publication/371288983_Representasi_Kearifan_Lokal_Budaya_Timur_Tengah_dalam_Film_One_Piece_Episode_of_Alabasta_Princess_of_The_Desert_and_The_Pirates_Produksi_Toei_Animation

https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&opi=89978449&url=https://journal.unismuh.ac.id/index.php/jko/article/download/12032/6236&ved=2ahUKEwjO9JmGztCGAxUd6zgGHb1GAOkQFnoECBUQAQ&usg=AOvVaw0rmPTvh2LQQYi9DDeio-QP

https://scholar.google.com/scholar?hl=en&as_sdt=0%2C5&q=jurnal+one+piece&btnG=#d=gs_qabs&t=1717957790832&u=%23p%3DFEHv7cciMfQJ

https://garuda.kemdikbud.go.id/documents/detail/3738586

https://scholar.google.com/scholar?hl=en&as_sdt=0%2C5&q=jurnal+one+piece+anime&btnG=#d=gs_qabs&t=1718004794606&u=%23p%3Dyv6RJXuD4mkJ

https://scholar.google.com/scholar?hl=en&as_sdt=0%2C5&q=jurnal+one+piece+anime&btnG=#d=gs_qabs&t=1718004987109&u=%23p%3DqT2h9J1IIXYJ

https://jurnal-umbuton.ac.id/index.php/Medialog/article/view/4855/2575

https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&opi=89978449&url=https://eprints.ums.ac.id/114281/2/Naskah%2520Publikasi_L100170062_ACHSAN%2520GIBRAN%2520E%2520P_Final.pdf&ved=2ahUKEwis_d2mxtCGAxVYyzgGHS5tI9gQFnoECDIQAQ&usg=AOvVaw1dXvLApzD18vwe8v7WTVpp

https://search.app.goo.gl/5SUkjmY

https://journal.unesa.ac.id/index.php/geter/article/view/26900/10783

https://search.app.goo.gl/aUqnVkc

https://search.app.goo.gl/ah4fkcR

https://search.app.goo.gl/PbakG7w

https://ejournal.unp.ac.id/index.php/dkv/article/view/115850/106636

http://jurnal.um-tapsel.ac.id/index.php/nusantara/article/view/13945/8308


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Metodologi Semiotika Roland Barthes pada Anime "One Piece"

Pendahuluan semiotika dalam film anime/manga One Piece